BIPOL.CO, TEL AVIV – Militer Zionis Israel telah memecat seorang komandan batalion tempur dan wakilnya setelah mereka melarikan diri dalam perang melawan sayap militer Hamas Brigade Izz ad-Din al-Qassam di Gaza, Palestina.
Aksi kabur kedua perwira dari medan pertempuran itu terjadi selama invasi militer Israel ke Gaza utara. Pemecatan mereka dilaporkan surat kabar Yedioth Ahronot pada hari Senin, dukansir Bipol.co, dari Sindonews.com.
Menurut laporan tersebut, keputusan pemecatan itu dibenarkan atas dasar bahwa batalion itu, yang diawasi oleh kedua perwira tersebut, mundur dari posisinya selama melakukan manuver darat.
Para perwira tersebut, lanjut laporan Yedioth Ahronot, bersama dengan puluhan bawahannya, menyatakan bahwa mereka memutuskan untuk mundur karena unit mereka tidak menerima dukungan militer atau perlindungan udara ketika menghadapi puluhan pejuang dari Brigade al-Qassam selama penyergapan.
Militer Israel dalam keputusannya menyatakan bahwa penarikan tiba-tiba pasukan itu mengakibatkan peristiwa yang digambarkan sebagai “tidak biasa” dan menciptakan “krisis parah”, yang menyebabkan sekitar setengah dari tentaranya tidak kembali ke dinas militer dan berperang di Gaza.
Laporan surat kabar itu menambahkan bahwa tentara kompi dan unit tempur mengatakan bahwa mereka tidak menerima dukungan atau perlindungan udara dari Angkatan Udara Israel ketika mereka disergap oleh pejuang Brigade al-Qassam.
“Kami memasuki area yang terperangkap dan banyak milisi menembakkan RPG ke arah kami dengan tembakan tanpa henti,” kata seorang tentara dari unit tersebut dalam penyelidikan.
Oleh karena itu, kompi militer mundur di depan puluhan pejuang Brigade al-Qassam.
Koresponden urusan militer surat kabar tersebut, Yoav Zeitoun, mengonfirmasi kasus kaburnya para tentara Israel dengan mengutip pernyataan seorang perwira.
“Petugas di brigade mengakui bahwa pasukan tersebut dikirim dalam misi dengan cara yang buruk setelah melakukan aktivitas berkepanjangan di Jalur Gaza tanpa istirahat, dan bahwa insiden tersebut menciptakan suasana yang sulit di batalion,” tulis Zeitoun, seperti dikutip Palestine Chronicle, Selasa (28/11/2023).
Surat kabar tersebut juga menunjukkan bahwa sejak awal perang di Gaza, batalion dan unit tempur tersebut terkena peristiwa serius lainnya pada bulan Oktober, termasuk pembunuhan seorang perwira dan cederanya perwira lainnya.
“Perlu dicatat bahwa batalion tersebut mengalami kejadian parah lainnya dalam sebulan terakhir,” lanjut laporan Zeitoun.
“Tentara dari unit lain didatangkan untuk mengisi kesenjangan (dan) krisis kepercayaan pun tercipta,” imbuh militer Israel yang dikutip Yedioth Hornet.(*)