BIPOL.CO, JAKARTA – Calon anggota DPR RI dari Nasdem, Idris Sandiya, dinilai sangat layak untuk dicontoh para caleg lain yang sedang berkompetisi di Pileg 2024. Aneka program kampanye yang dijalankannya sangat kreatif dan inovatif dengan pesan profetik yang sangat kuat.
Hal itu disampaikan peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Muhammad Khotib kepada pers di Jakarta, Sabtu (30/12/2023).
Khotib merespon sejumlah kegiatan kampanye yang dilakukan Idris Sandiya di Dapil 6 DPR RI untuk Kota Depok dan Kota Bekasi yang mengundang simpati publik.
Menurut Khotib, salah satu kekuatan dan keunggulan program Idris, selain ruang publik yang massif seperti umumnya dilakukan para caleg lain, juga kegiatan turun ke masyarakat dengan kemasan yang tidak selalu melibatkan massa banyak, tapi memberi efek simpati publik yang kuat.
“Kenapa berefek kuat? Karena dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Apalagi mengajari dan menceramahi warga yang dikunjunginya. Pak Idris itu tahu betul psikologi rakyat saat ini yang lebih ingin didengar aspirasinya, ketimbang mendengar aspirasi politisi yang mendatanginya,” jelas Khotib.
Khotib mencontohkan kegiatannya dengan sejumlah tukang ojek dan tukang parkir di kawasan Pancoran Mas Kota Depok. Dengan ramah dan santun, Idris mengajak mereka makan siang di sebuah Warung Tegal (warteg) sambil mendengarkan semua keluh kesahnya. Termasuk curhat tentang persoalan rumah tangga masing-masing.
“Dengan cara begitu, rakyat senang, karena merasa suara mereka didengar. Apalagi, Pak Idris yang pengusaha sukses itu tanpa ragu dan canggung ikut makan juga di warteg tersebut. Sehingga, mereka merasa sederajat dan tak berjarak,” kata Khotib.
Begitu juga saat Idris tiba-tiba mampir ke sebuah rumah, masih di kawasan Pancoran Mas Kota Depok. Karena lebih banyak mendengar, akhirnya muncul lah aspirasi salah satu warga yang menceritakan tentang anaknya yang ijazahnya masih ditahan pihak sekolah karena ada tunggakan yang belum dibayar.
Tanpa banyak bicara, Idris pun langsung menanyakan jumlah biaya yang harus dibayar. Dan saat itu juga Idris membayarkannya. Respon cepat Idris itu pun langsung membuat Ny Kartika, ibunya siswa yang belum menebus ijazahnya itu terharu dan meneteskan air mata sambil bersujud kepada Idris.
“Masya Allah Pak. Saya tak menyangka Pak Idris bisa secepat ini menjawab keluh kesah kami. Terimakasih Pak Idris. Saya dan insha Allah semua warga di sini pasti butuh wakil rakyat seperti Pak Idris yang peka dan mau mendengar rakyat yang sedang kesusahan,” ungkap Kartika.
Namun begitu, Idris yang tampak juga ikut terharu mengatakan, apa yang dilakukannya secara spontan ini sebagai bagian dari ungkapan syukur kepada Allah SWT. Di samping, tentu saja, dalam rangka mengasah kepekaan terhadap keluh kesah masyarakat.
“Insya Allah dan mohon doanya, sebagai pengusaha saya juga ingin berusaha untuk bisa memberi manfaat buat sebanyak-banyaknya orang. Utamanya, mereka yang membutuhkan. Dan itulah tujuan saya maju sebagai calon anggota DPR RI,” jelas Idris.
Kegiatan kampanye Idris lainnya yang sangat positif dan kreatif, adalah memanfaatkan momen hari penting nasional seperti Hari Pahlawan dan Hari Ibu belum lama ini. Pada momen hari Pahlawan misalnya, Idris sengaja mendatangi warga yang dinilai punya jasa cukup besar terhadap warga lainnya.
Salah satunya, petugas kebersihan seperti tukang sampah, guru mengaji yang tak pernah meminta bayaran kepada muridnya, guru honorer yang setia mengajar meski dibayar sangat minim dan lain-lain. Menurut Idris, mereka itu sebenarnya pahlawan. Karena pahlawan hari ini tak mesti perang melawan penjajah seperti dulu.
Begitu juga saat Hari Ibu, Idris menggelar lomba mengungkapkan cinta dan sayang kepada Ibu dengan pesan sangat kuat, pentingnya menghormati seorang Ibu, utamanya di kalangan anak-anak muda yang sangat rawan kehilangan etika dan adab kepada Ibunya.
Dalam pandangan Khotib, rangkaian kegiatan kampanye seperti itu sangat layak ditiru para caleg lainnya. Karena di situ ada pesan profetik yang sangat kuat tentang kepekaan sosial, kepedulian, kesederhanaan dan kesantunan terhadap rakyat.
“Berbeda dengan para caleg lain yang umumnya hanya mengandalkan ruang publik seperti baliho, sepanduk, banner dan lain-lain dengan tidak diikuti turun ke masyarakat. Sekali ada yang turun, mereka lebih banyak menceramahi warga dan langsung meminta dirinya dipilih, tanpa mau mendengar aspirasinya,” ungkap peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Muhammad Khotib.(*)