BANDUNG,bipol.co – Momentum Pemilu 2019 menjadi proses demokrasi yang diwarnai fenomena polarisasi di masyarakat ke dalam dua ideologi. Masyarakat Indonesia yang majemuk seolah dibenturkan menjadi dua kubu antara ‘pro Pancasila dan pro khilafah’.
Menanggapi polemik tersebut, Budayawan Tisna Sanjaya menegaskan, berdirinya Indonesia sebagai negara telah melalui kesepakatan bersama. Landasan Pancasila Indonesia diakui PBB dan dunia sebagai negara yang berdaulat.
“Indonesia sudah tidak bisa lagi diubah dengan cara apapun karena telah ada kesepakatan. Apapun namanya yang akan mengubah Indonesia, khilafah atau ideologi lainnya tidak bisa dipaksakan,” ujar Tisna kepada bipol.co, Rabu (10/04/2019).
Menurutnya, siapapun yang terpilih sebagai presiden dalam Pemilu 2019 dan menjadi pemimpin Indonesia harus tetap mempertahankan ideologi Pancasila. Sebab, Indonesia yang terdiri dari ragam agama, entik, bahasa yang multikultural tidak bisa diganggu gugat.
“Pemimpin kita siapapun nanti, baik Jokowi maupun Prabowo harus tetap pada apa yang telah disepakati bersama-sama,” tegas TIsna.
Sebagai seniman dan budayawan, Tisna menyebut ada cara-cara yang bisa mengeluarkan Indonesia dari kebingungan perbenturan ideologi. Menurutnya, strategi budaya menjadi penting dalam mengenalkan keragaman.
“Kita sampaikan dengan enak, rileks dan cara-cara kultural, tidak dengan cara-cara instruksional atau kekerasan baru,” katanya.**
Reporter : Iman Mulyono
Editor : Herry Febriyanto