SOREANG, bipol.co — Pada 2021, sangat dimungkinkan Kabupaten Bandung akan dipimpin oleh “srikandi”. Setelah munculnya nama-nama bakal calon Bupati Bandung periode 2020-2025 dari kalangan perempuan.
“Kabupaten Bandung akan mempunyai indung, yang tentu gaya dan cara tata kelolanya akan lebih smooth tetapi tegas, merujuk pada karakter calon yang bersangkutan,” kata Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) AMPI Kabupaten Bandung, Dadang Risdal Aziz, di Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (2/7/2020).
Dadang Risdal menuturkan, rakyat dan masyarakat Kabupaten Bandung selama ini tidak terlalu mempermasalahkan jika pimpinan wilayah dipegang oleh perempuan.
“Rakyat dan masyarakat lebih menilai kapasitas dan kapabilitas, juga kanyaah dan perhatian secara luas pimpinan terhadap masyarakat, geten tulaten, serta deudeuh. Hal inilah yang selama ini menjadi prioritas masyarakat dibanding harus berdebat tentang jenis kelamin calon pemimpinya. Berkaca juga dari beberapa daerah di nusantara yang wilayahnya –baik provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga desa dipimpin oleh perempuan,” katanya.
“Tetapi pada akhirnya pilihan masyarakat pada 9 Desember 2020 lah yg akan menentukan apakah Kabupaten Bandung akan dipimpin oleh srikandi atau arjuna, wallahu alam bishawab,” tuturnya.
Babak baru peta perpolitikan di Dayeuh Bandung, kata dia, mulai menggeliat. Satu rekom resmi telah turun, yakni untuk pasangan Yena-Atep yang diusung PDIP-PAN dan satu lagi masih menunggu kepastian rekom resmi, meski Ketua Pansel bacalon bupati Partai Golkar telah menyampaikan kepada media bahwa secara lisan rekom telah diberikan kepada Teh Nia.
Dadang mengatakan, dinamika kemunculan para srikandi ini perlu diapresiasi, terlepas latar belakang mereka berasal. Secara hitungan politik kedua srikandi ini sangat dimungkinkan untuk dapat bersaing bahkan justru mengungguli calon bupati laki-laki,” ungkapnya.
Kedua srikandi ini diusung dan didukung oleh parpol yang dikenal selama ini mempunyai pendukung ideologis yang sangat luat dan mengakar.
Yena-Atep didukung oleh PDIP-PAN, sedangkan Teh Nia diusung oleh Golkar yang mana Partai Golkar adalah peraih suara terbanyak pada Pileg 2019, terutama untuk Teh Nia, kemungkinan untuk mengungguli calon lainnya sangat besar. Secara popularitas dan elektabilitas di atas calon lainnya. Bahkan dari calon laki-laki sekalipun. Ini merupakan modal dasar bagi yang bersangkutan bisa memenangi kontestasi Pilkada Kabupaten Bandung.
“Kedua srikandi ini jelas mempunyai keunggulan masing-masing hingga bisa mendapatkan rekom dari DPP partai masing-masing,” ungkapnya.
Teh Yena sebagai bagian dari keluarga besar Al Msoem, salah satu klan pengusaha dan pemilik pengelola pendidikan di Bandung tentu akan lebih mudah diperkenalkan kepada khalayak. Meski jejak rekam sumbangsih dalam penentuan kebijakan arah pembangunan Kabupaten Bandung belum begitu terlihat.
“Tentunya berbeda dengan Teh Nia, selama mendampingi Kang DN sebagai bupati tentu sedikit bnyaknya telah melakukan sesuatu terhadap proses keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bandung, terutama d sektor-sektor yang Beliau kuasai. Misalnya pendidikan usia dini, keolahragaan, maupun program-program pemerintahan yang terkait kesetaraan gender. Ini menjadi nilai plus sebagai bekalan Teh Nia apabila terpilih nanti di Pilkada Desember 2020,” papar Dadang Risdal.*
Reporter: Deddy | Editor: Hariyawan