BANDUNG, BIPOL.CO — Perhatian publik di Kabupaten Bandung khususnya, kini tengah tertuju pada Sahrul Gunawan. Yang jadi pusat perhatian, karena Wakil Bupati Bandung itu kini loncat ke partai berlambang Beringin.
Kepindahan artis sinetron dari Partai NasDen ke Partai Golkar ini cukup mengejutkan dan sempat ramai diperbincangkan. Apalagi setelah kartu kenggotaan yang baru di Partai Golkar sempat beredar di media sosial. Lalu bagaimana tanggapan pengamat politik Prof. Muradi, M.A., Ph.D?
Menurut Muradi, Sahrul kini sedang memainkan political game.
“Dia (Sahrul) tahu Dadang Supriatna (Bupati Bandung) itu bekas kader Golkar masuk PKB, kemudian dia sedang berupaya mengambil hati Golkar supaya juga suport Dadang. Saya kira langkah Sahrul melakukan political zigzag untuk mencoba berbagai permainan supaya dia bisa tetap punya daya tawar di Kabupaten Bandung,” papar Muradi, saat dihubungi melalui sambungan celulernya, Jumat (18/3/2022).
Hal itu dilakukan, kata pengamat politik dari UNPAD Bandung ini, karena beberapa artis yang masuk Golkar berhasil.
“Yah seperti Nurul Arifin dan lain lain. Itu menjadi contoh untuk Sahrul di Golkar, kemudian ini juga nyambung dengan terpilihnya Tb Ace Hasan Syadzily, dia akan buka ruang itu. Saya kira langkah itu baik yah untuk Sahrul dan buat Golkar, kalaupun yang kemudian akan ambil posisi Dadang itu pasti, karena Dadang diisukan akan masuk ke Golkar lagi,” kata Muradi.
Namun, lanjut profesor kelahiran Jakarta ini, dengan masuknya Sahrul di Golkar, dia membangun political gap antara Dadang dengan Golkar. Dengan begitu Sahrul punya peluang untuk kompetitif maju di 2024 sebagai claon bupati dari Partai Golkar.
Dia menilai, hubungan Sahrul yang penuh pertentangan dengan partai lamanya, dirasa normal saja sama seperti orang pindah partai biasa saja. “Itu masalah nyaman tidak nyaman, dan itu hak politik orang untuk pindah partai agar lebih kompetitif. Cuma masalahnya Sahrul bisa tidak menjaga ritme supaya dia tetap kompetitif hingga 2024,” ujarnya.
Muradi juga memprediksi, masuknya Sahrul di Partai Golkar peluangnya baik.
“Saya kira peluangnya baik, karena dengan pindah ke Golkar maka jejaring Golkar yang dulu dipegang Dadang Naser itu bisa dimanfaatkan betul untuk pemenangan di 2024. Ini yang saya kira tidak maksimal ketika istrinya DN nyalon kemarin, saya kira Sahrul dengan istri DN sebagai wakil misalnya itu akan punya desakan politik yang luar biasa, masalahnya apakah Sahrul bisa memanfaatkan ruang itu,” ungkap Muradi.
Karena, sambung Muradi, pindah partai itu mudah, tapi bagaimana dia bisa mengelola agar dia tetap punya kompetitif daya tawar yang tinggi ketika pindah partai, bukan malah sebaliknya.
“Intinya pindah ke Golkar menguntungkan. Karena Golkar itu ‘suistannya’ bagus yah, dia punya struktur sampai level bawah, itu yang tidak dimiliki Nasdem, ditambah jejaring DN, dinasti Obar masih kuat, kalau misalnya pada 2024 Sahrul dengan istri DN itu bukan enggak tidak mungkin akan memenangkan Pilkada, karena dia punya daya tawar besar, tinggal dia (Sahrul) bisa memanfaatkannya,” ucap Muradi.(Deddy)