Bank Sentral Tahan Suku Bunga Jaga Stabilisasi Rupiah

- Editor

Sabtu, 23 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi. (net)

Ilustrasi. (net)

JAKARTA,bipol.co – Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar menilai, keputusan bank sentral untuk menahan suku bunga acuan sebesar enam persen bertujuan guna menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Suku bunga belum bisa diturunkan, karena nilai tukar rupiah memang masih perlu dijaga kestabilannya,” kata Hermanto saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (23/02/2019).

Hermanto mengatakan keputusan tersebut adalah tepat dalam situasi Bank Sentral AS (The Fed) belum akan menyesuaikan suku bunga acuan.

Terkait kebijakan untuk melonggarkan likuiditas, ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) bisa memulai upaya untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan.

Ia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan membaik pada semester I-2019 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi diatas lima persen.

“Kalaupun GWM tidak diturunkan, kredit perbankan saya perkirakan akan meningkat di penghujung kuartal satu maupun pada kuartal dua,” kata Hermanto.

Sebelumnya, BI untuk keempat-kalinya secara berturut-turut mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar enam persen, berdasarkan hasil rapat dewan gubernur periode 20-21 Februari 2019.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kembali dipertahankannya suku bunga acuan pada Februari 2019 ini untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dan mempertahankan daya tarik instrumen keuangan domestik.

Dengan suku bunga acuan yang tetap, suku bunga simpanan fasilitas deposit bank di BI (depocit facility) tetap 5,25 persen, dan fasilitas penyediaan likuiditas bagi bank (lending facility) tetap 6,75 persen.

Sebagai catatan, pada 2019, BI memiliki “pekerjaan rumah” yang cukup besar untuk menurunkan defisit transaksi berjalan hingga 2,5 persen dari PDB, dari defisit transaksi berjalan di 2018 yang sebesar 2,98 persen PDB.

Penurunan defisit transaksi berjalan memerlukan upaya keras mengingat tengah masih tingginya laju impor, termasuk impor untuk memenuhi permintaan minyak dan gas.[ant]

Berita Terkait

Dukung Pengembangan Ekonomi Daerah, bank bjb Perluas Kolaborasi dengan BP Rebana 
Mau Ekspansi Usaha, Ajukan Saja Kredit Modal Kerja Kontrak ke bank bjb
Rakor Bersama Kemendageri dan Kemenaker, Pemkab Bandung Mitigasi Deteksi Dini Isu Gejolak PHK Secara Masif
Perumda Tirta Raharja Raih Penghargaan Bergengsi Leadership Commitment dari PBB
Q3 bank bjb Catat Laba Kondsolidasi Rp1,7 Triliun
Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
bjb Perjalanan Religi 2024, Apresiasi Istimewa bagi ASN Setia
Pengelolaan Bonus Produksi Panas Bumi, Pemkab Bandung Raih Penghargaan dari Kementerian ESDM 

Berita Terkait

Minggu, 10 November 2024 - 16:26 WIB

Dukung Pengembangan Ekonomi Daerah, bank bjb Perluas Kolaborasi dengan BP Rebana 

Kamis, 7 November 2024 - 21:12 WIB

Mau Ekspansi Usaha, Ajukan Saja Kredit Modal Kerja Kontrak ke bank bjb

Kamis, 31 Oktober 2024 - 17:25 WIB

Rakor Bersama Kemendageri dan Kemenaker, Pemkab Bandung Mitigasi Deteksi Dini Isu Gejolak PHK Secara Masif

Rabu, 30 Oktober 2024 - 16:18 WIB

Perumda Tirta Raharja Raih Penghargaan Bergengsi Leadership Commitment dari PBB

Rabu, 30 Oktober 2024 - 08:49 WIB

Q3 bank bjb Catat Laba Kondsolidasi Rp1,7 Triliun

Berita Terbaru

NEWS

Penyerapan Pupuk Bersubsidi di Sumedang Masih Rendah

Senin, 11 Nov 2024 - 12:54 WIB