BARCELONA.bipol.co – Liverpool mendadak rindu Luis Suarez, yang mengajari mereka bagaimana melakukan penyelesaian akhir yang baik untuk jadi tim pemenang layaknya Barca. Lionel Messi dwigol, tetapi Luis Suarez lah bintangnya. Ini tentang bagaimana sang mantan mengajari bekas klubnya untuk ‘move on’ menjadi tim juara. Itulah yang tergambar pada duel leg pertama semifinal Piala Champions di Stadion Nou Camp, kandang Barcelona, Kamis (2/5/2019) dinihari WIB.
Seberapa pun atraktifnya permainan tim, seindah apa pun aliran bola dari kaki ke kaki, untuk menjadi tim juara, penyelesaian akhir adalah rajanya.
Suarez menepati janjinya, apabila mencetak gol menghadapi Liverpool, dia akan berselebrasi, dan dia melakukannya! Penyerang Uruguay itu menjadi sosok penting yang mengingatkan The Reds bahwa mereka telah kehilangan striker yang lihai dalam membuat penyelesaian akhir.
75 menit Liverpool tampil gagah di hadapan publik Camp Nou, cukup dominan, banyak kreasi, seolah hendak membalas, bahkan lebih dari sekadar membalas, namun sekali lagi, pasukan Merseyside perlu mengasah kembali finihing touch mereka.
Di 15 menit sisa, sebetulnya anak-anak Jurgen Klopp pun masih mendikte permainan Los Blaugrana dengan berhasil menempatkan para pemain mereka di posisi-posisi menjanjikan untuk mencetak gol. “Ayolah gol, ayolah gol, ayolah gol…” barangkali seperti ini publik Liverpool bergumam agar timnya dapat menetralkan papan skor.
Nahas. Gol-gol yang diharap, justru terjadi di kubu seberang. Liverpool abai, ada Messi sang pembeda. “Anda tidak boleh kalah di laga tandang, kecuali selama Anda bisa mencetak gol. Inilah masalah kami malam ini,” cetus Klopp selepas pertandingan.
Sadio Mane punya kans emas, gagal. Aksi Mohamed Salah saat berhadapan dengan Marc-Andre ter Stegen, gagal. Sontekan James Milner saat menyambut umpan corner, gagal.
Menekan dan menekan! Liverpool sejatinya banyak membuat ruang di pertahanan Barca. Wijnaldum beberapa kali melakukannya. Unik, karena sang gelandang kali ini diperankan sebagai No.9 di tengah masalah kebugaran Roberto Firmino.
Salah beberapa kali meneror Jordi Alba dan Clement Lenglet. Mane juga mungkin saja mendapat penalti ketika beradu kontak fisik dengan Gerard Pique di kotak penalti. Ditambah lagi umpan-umpan terukur yang dilepaskan Jordan Henderson, yang sejatinya bisa dinikmati oleh para attacker Liverpool di laga ini.
Semua gempuran ini menggambarkan Liverpool memegang konfidensi di Camp Nou. Seperti yang Klopp bilang sebelum laga, stadion itu bukan kuil. Tapi, mereka sepertinya perlu melihat kembali video-video eks bintang mereka, Suarez, tentang bagaimana cara mengonversi peluang jadi gol.
Pergerakan cemerlang Suarez menyambut umpan silang datar dari Jordi Alba di menit ke-26 menjadi mimpi buruk bagi Liverpool sekaligus pelajaran soal penyelesaian akhir. Gol pembuka ini sekaligus jadi torehan pertama Suarez di Liga Champions sejak lebih dari setahun.
Menariknya, setahun lebih lamanya tandus gol di ajang prestisius Eropa ini, Suarez ‘pecah telur’ dengan menghadapi salah satu kiper termahal dunia, Alisson Becker!
Paruh pertama ditutup dengan keunggulan Barca, tetapi Liverpool menolak angkat bendera putih di paruh kedua hingga akhirnya di 15 menit terakhir, alih-alih mengepak gol balasan, keungulan Barca semakin jauh.
Suarez lagi-lagi menjadi otak di balik gol kedua ketika dentumannya mengenai tiang gawang. Bola rebound kemudian dituntaskan dengan apik oleh Messi. Tak lama berselang, sang megabintang kembali mencetak gol lewat spesialisasinya: tendangan bebas.
Dan skor pamungkas pun tidak berubah untuk keunggulan Barcelona, 3-0 ! Skor yang akan membuat sulit buat LIverpool saat bermain dikandang mereka, pada leg kedua. (goal.com)
Editor Deden .GP