SUKABUMI, bipol.co – Tersebab macetnya pemasaran ribuan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Kota Sukabumi mengalami nasib dan juntrungan usahanya yang tidak jelas. Dari 4.000 IKM yang tercatat di Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian (Diskopdagrin) Kota Sukabumi, hanya separuhnya yang aktif. Dari setengahnya itu, IKM yang menjadi binaan dinas tersebut hanya sekitar 800.
“Jadi ada ribuan IKM yang tidak terdata aktivitasnya. Apakah ribuan IKM itu masih aktif atau tidak, bisa diketahui kalau kami melakukan survei langsung ke lapangan,” kata Kabid Perindustrian pada Diskopdagrin Kota Sukabumi, Yadi Erlangga kepada wartawan, Selasa (15/10/2019).
Kondisi ribuan IKM yang tidak tercatat aktivitasnya itu, kemungkinan besar mati suri, hidup enggan mati tak mau. Salah satu penyebab IKM-IKM tersebut tidak bangkit lagi adalah faktor pemasaran. Selama ini, ujar Yadi, mereka mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya karena tidak memiliki jaringan pasar.
“Masalah yang dihadapi pelaku IKM bukan hanya modal. Mereka juga menghadapi permasalahan sulitnya memasarakan produk. Banyak IKM yang mengeluhkan soal akses pasar,” ujar dia.
Selama ini, kata Yadi, jajarannya terus melakukan pembinaan terhadap pelaku IKM agar mereka dapat bertahan dan berkembang. Pembinaan dilakukan untuk menaikkan kelas industri kecil menjadi industri menengah. Namun untuk menjadi industri besar agak sulit karena keterbatasan lahan di wilayah Kota Sukabumi. Bidang Perindustrian menaruh perhatian khusus pada industri rumahan.
Sesuai visi Kota Sukabumi, lanjut Yadi, pengembangan industri diarahkan menjadi industri rumahan dengan terus memberikan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk mereka. Pendampingan tersebut dilanjutkan dengan pembinaan dan pelatihan.
“Kami mendatangkan pakar kemasan produk untuk mengarahkan para pelaku IKM agar bisa menghasilkan produk dengan kemasan yang menarik. Kami juga mendatangkan pakar pangan dari perguruan tinggi untuk memberikan IKM pengetahuan tentang cara pengolahan yang sesuai dengan standard kesehatan dan memenuhi persyaratan higienis,” jelas Yadi.
Dalam program pelatihan, Diskopdagrin Kota Sukabumi bekerja sama dengan IPB dan Universitas Pasundan Bandung yang memiliki program studi teknologi pangan. Para pelaku IKM juga diarahkan untuk memiliki manajemen pemasaran yang dalam pembinaannya melibatkan bidang dan instansi yang lain. **
Reporter: Firdaus
Editor: Hariyawan