“Pak Jokowi ini kan kita tahu visioner, beliau melihat ke depan, bukan hanya 5-10 tahun, tapi Indonesia 50-100 tahun ke depan,” kata Mufti yang juga anggota Komisi VI DPR RI tersebut, saat dihubungi dari Surabaya, Jumat (22/11).
Kehadiran staf khusus milenial, kata dia, akan memperkaya perspektif Presiden Jokowi dalam mengambil kebijakan strategis, sebab di era teknologi ini perubahannya luar biasa dinamis, dan dasar-dasar kebijakan berbasis inovasi harus digerakkan.
Politisi kelahiran Banyuwangi itu mengatakan, kemampuan berinovasi, kreativitas, dan penguasaan teknologi yang dimiliki para milenial yang ditunjuk sebagai staf khusus tersebut harus mampu dibumikan untuk memberi perspektif kebijakan yang prorakyat kecil di seluruh pelosok kampung, jangan bias ke masyarakat dan anak muda perkotaan.
“Di sana ada ekonom kerakyatan Pak Arif Budimanta yang paham 1.000 persen soal filosofi ekonomi Pancasila. Gagasannya progresif. Pengalaman Pak Arif terentang panjang. Nah itu berpadu dengan gagasan teknologi dan tren kekinian kawan-kawan milenial. Jadilah itu barang, bakal memandu lahirnya kebijakan ekonomi kerakyatan berbasis inovasi,” ujar Mufti Anam yang terpilih dari Daerah Pemilihan Jatim II (Kabupaten/Kota Pasuruan dan Kabupaten/Kota Probolinggo).
Mufti Anam mendukung sepenuhnya, dan juga layak dilayangkan atas kiprah milenial, salah satunya Angkie Yudistia, penyandang disabilitas yang diangkat Jokowi sebagai staf khusus.
“Kredit khusus, penghormatan yang setinggi-tingginya, untuk Angkie Yudistia. Ini membuktikan di era keterbukaan sekarang, siapa pun bisa berkiprah luas untuk bangsa,” ujarnya pula.
Selain itu, Angkie Yudistia – Pendiri Thisable Enterprise (Kader PKPI, difabel tuna rungu), Billy Mambrasar (Pemuda asal Papua, penerima beasiswa kuliah di Oxford), Aminuddin Maruf (Aktivis Kepemudaan Mahasiswa, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII), dan Andri Taufan Garuda (CEO Amartha).
Ada juga beberapa nama lagi, di antaranya ekonom yang juga Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta. (ant)