“Itu bukan kata saya, tapi yang kami dengar dari para investor,” kata Peter Simojoki, Sekretaris Dua Bidang Ekonomi Kedutaan Besar Australia di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (25/2).
Faktanya, kata dia, selama 10 tahun terakhir investor Australia hanya transit saja di Indonesia, sementara investasi mereka ditujukan ke Singapura, Hong Kong, China, Jepang, dan Korea.
“Karena langkah politik sudah kuat, ada yang bilang hubungan Indonesia dan Australia pasang surut, dulu mungkin benar, tapi sekarang sudah tahap hubungan lebih dewasa,” katanya.
Hubungan politik bilateral sudah memiliki daya tahan sehingga jika ada masalah-masalah, cepat teratasi karena tingkat kepercayaan sekarang lebih tinggi ketimbang dulu.
“Tapi hubungan ekonomi belum memadai, padahal letak geografis sangat dekat. Dan setahu saya Australia dan Indonesia memiliki garis perbatasan terpanjang di dunia,” ujarnya.
Pemerintah Australia dan Indonesia telah berusaha menciptakan hubungan ekosistem agar hubungan ekonomi lebih berkembang.
“Kami tidak bisa menyuruh pengusaha atau pedagang masuk ke Indonesia. Yang bisa dilakukan pemerintah Australia dan Indonesia adalah menciptakan iklim yang baik sehingga investor merasa aman dan nyaman berusaha di sini,” ujarnya.
Kesepakatan ini diharapkan investor Australia tertarik berinvestasi di Indonesia. Australia serius membuka misi diplomatik dan perdagangan di Indonesia.
Buktinya, kata dia, Australia membuka misi diplomatik dan perdagangan di Indonesia di luar Jakarta dan Bali, yakni Makassar, Surabaya dan sudah lama di Bandung.
Selain membuka cabang, pihaknya proaktif dalam mendatangi provinsi-provinsi, termasuk Kaltara untuk memperkuat hubungan dagang serta membantu investor Australia dalam mendapat peluang.
Harapannya masalah yang dikeluhkan investor Australia itu segera dibenahi. (net)