“Sejauh ini kebanyakan yang ada (penyakit) penyerta,” katanya melalui sambungan telepon kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dirinya belum mengetahui secara pasti apakah seorang pasien meninggal akibat paparan virus SARS-COV-2, penyebab penyakit COVID-19, dengan tipe yang ganas atau ringan karena belum ada pemeriksaan lebih detail terhadap kemungkinan itu.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain seperti usia lanjut di atas 50 tahun dan karena penyakit penyerta yang sudah ada lebih awal sebelum pasien terinfeksi COVID-19.
Faktor risiko tersebut, kata dia, memperbesar risiko dan mempersulit pengobatan yang sejauh ini dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
“Jadi yang meninggal ini umumnya orang-orang yang memiliki faktor risiko seperti orang tua di atas 50 tahun atau punya penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, asma, sehingga menyulitkan (pengobatan) dan membuat risikonya semakin besar,” katanya.
“Memang di Persahabatan ada juga yang meninggal di usia 34 tahun, tapi itu karena dia punya penyakit penyerta,” kata dia lebih lanjut.
Namun, dia tidak menutup kemungkinan bahwa pasien COVID-19 yang tidak memiliki faktor risiko dapat meninggal karena kemungkinan terpapar virus SARS-CoV-2 dari tipe yang ganas.
“Jadi ada (kemungkinan itu). Secara kimialogi memang umumnya SARS-CoV-2 ini 80 persen akan sembuh. Nah, kurang lebih 5 sampai 15 persen masuk ke kondisi berat dan kurang lebih 5 persen meninggal,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada seluruh kalangan dan kelompok masyarakat untuk tetap berhati-hati dan menaati seruan pemerintah untuk menjaga jarak dan sebisa mungkin tidak ke luar rumah guna menghindari paparan COVID-19. (net)