Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (IndEX) Research menunjukkan sejumlah kepala daerah meningkat elektabilitasnya dibandingkan hasil survei sebelumnya pada Februari 2020. Pada urutan tertinggi adalah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
“Ganjar mengalami peningkatan elektabilitas paling tinggi, dari 9,9 persen menjadi 14,1 persen, dan menempatkannya pada posisi kedua, menggeser posisi Anies,” kata Direktur Eksekutif IndEX Research, Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (7/5).
Ketegangan antara pemerintah pusat dan kepala daerah terkait kebijakan yang diambil berefek pada elektabilitas para tokoh menuju Pilpres 2024.
Elektabilitas tertinggi masih dikuasai Prabowo Subianto, tetapi melemah dari 21,1 persen menjadi 19,3 persen. Demikian pula dengan Sandiaga Uno yang merupakan mantan Calon Wakil Presiden Prabowo, dari 11,4 persen menjadi 10,2 persen, dan tergeser dari posisi ketiga menjadi keempat.
“Naiknya elektabilitas kepala daerah tidak bisa dilepaskan dari pilihan kebijakan terkait penanganan Corona, termasuk kebijakan agresif yang didesakkan kepada pemerintah pusat untuk melakukan karantina wilayah (lockdown) dan testing massal,” ujar Vivin.
Menurut Vivin, Anies di DKI Jakarta dan Kang Emil di Jawa Barat bersikap paling vokal terhadap pemerintah pusat. Sedangkan Ganjar di Jateng yang merupakan kader PDI Perjuangan memilih pendekatan yang lebih moderat, tetapi terbukti berhasil mendongkrak elektabilitas.
Prabowo-Sandi adalah paket Capres-Cawapres dalam Pilpres 2019 yang menjadi rival Jokowi-Ma’ruf. Tetapi, kini Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan, dan membawa gerbong Gerindra ke dalam kabinet, dengan Sandi masih tercatat sebagai kader.
“Baik Prabowo-Sandi maupun Gerindra kini menjadi pendukung pemerintah di tingkat pusat, termasuk dalam membela kebijakan Jokowi terkait Corona,” lanjut Vivin.
Presiden Jokowi lebih memilih pendekatan yang sangat lunak dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan keamanan.
Kritik deras banyak disuarakan terhadap pemerintah pusat, dari menolak lockdown hingga soal larangan mudik. Kebijakan yang diambil akhirnya berupa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan kelonggaran terhadap mobilitas warga dan akses transportasi umum.
Pada sisi lain, sosok Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum baru Partai Demokrat yang berada di luar pemerintahan malah turun dari 2,8 persen menjadi 2,3 persen. Elektabilitas tokoh lainnya di bawah 1 persen, dan tidak tahu/tidak menjawab sebesar 14,8 persen.
Elektabilitas PSI meningkat
Peta partai politik tidak jauh berubah dari survei sebelumnya, dengan PDI Perjuangan masih unggul dan naik elektabilitasnya dari 28,7 persen menjadi 33,1 persen. Menyusul Gerindra yang naik tipis dari 14,3 persen menjadi 14,7 persen, dan Golkar yang turun dari 9,4 persen menjadi 8,7 persen.
“Kenaikan signifikan dialami Partai Solidaritas Indonesia (PSI), melesat dari 2,5 persen ke 4,1 persen,” ujar Vivin.
Salah satu faktor peningkatan adalah sikap vokal PSI terhadap kebijakan Corona Anies di DKI dan aktivitas sosial kader-kader PSI di tingkat bawah dalam melawan wabah.
Pada posisi papan tengah lainnya terdapat PKS (naik tipis dari 6,2 persen ke 6,3 persen), PKB (naik dari 5,1 persen ke 5,5 persen), NasDem (naik dari 2,6 persen ke 3,9 persen), Demokrat (turun dari 3,5 persen ke 3,3 persen), dan PPP (turun dari 3,0 persen ke 2,9 persen).
Pada golongan papan bawah, penurunan paling besar dialami Perindo (1,5 persen ke 0,8 persen) dan Partai Berkarya (1,0 persen ke 0,6 persen). Sisanya PAN (1,5 persen), Hanura (0,8 persen), Partai Garuda (0,3 persen), PBB (0,1 persen), PKPI (0,1 persen), dan tidak tahu/tidak menjawab 13,4 persen.
Atas pertimbangan situasi pandemi, survei indEX Research dilakukan dengan mengganti wawancara tatap muka menjadi via sambungan telepon. Sampel diambil secara acak terhadap 18.721 nomor telepon responden survei sebelumnya (November 2018-Februari 2020).
Pengambilan data dilakukan pada 23-29 April 2020 terhadap 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (net)