BANDUNG.bipol.co – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Barat (Jabar) merubah sistem dan program latihan bagi atlet Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) dengan memberlakukan tiga system latihan, yaitu work from home (WFH), Desentralisasi, dan Sentralisasi.
Langkah ini terpaksa dilakukan KONI Jabar sehubungan pandemi Covid-19 yang masih terus merebak.
Hal tersebut dikatakan Kordinator Satlak Jabar Juara Yunyun Yudiana. “Jadi untuk latihan WFH atlet melakukan latihan secara mandiri dikediamannya dengan mendapat program dari pelatih ,asing-masing,” ujar Yunyun.
“Untuk Desentralisasi latihan dilakukan dalam sepekan beberapa kali dan pulang ke rumah masing-masing, sedangkan sentralisasi secara terpusat dan latihan dilakukan setiap hari,” katanya saat memberikan keterangan di Ruang Kominfo KONI Jabar, Jalan Padjajaran Bandung, Rabu (9/9).
Yunyun mengatakan, ada 25 cabang olahraga yang melakukan sentralisasi dan 28 cabang olahraga melakukan desentralisasi dan latihan di rumah.
“Sentralisasi kebanyakan dilakukan di Kota Bandung dan berada di sekitar Padjajaran latihannya, seperti gulat, judo, tinju, panjat, anggar, PABBSI dll,” ungkap Yunyun.
Pada sisi lain menyangkut soal pendanaan, Satlak Jabar Juara membutuhkan sedikitnya Rp 600 juta untuk menjalankan program pelatihan hingga Desember mendatang.
“Setelah 60 persen dari total anggaran Rp 300 miliar lebih dikembalikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk penanggulangan Covid -19. Sedikitnya, kami kekurangan Rp 600 juta untuk menjalankan Satlak hingga Desember. KONI Jabar harus dan sedang berpikir luar biasa dari mana bisa menutup kekurangannya,” ujarnya.
Menurut Yunyun, pihaknya tengah berkordinasi dengan Tim Anggaran KONI Jawa Barat agar bisa menarik anggaran apa saja yang bisa digunakan dulu untuk mengantisipasi hal itu.
“Kami berharap semua bisa tertutupi dan terpenuhi untuk anggaran Satlak hingga Desember agar semua layanan program pelatihan tetap stabil menyesuaikan kondisi keuangan yang ada,” pungkasnya. (Deden .GP)