Prevalensi Stunting Nasional Turun Sebesar 3.27%, Namun Masih Jadi Tantangan Pemerintah

- Editor

Minggu, 18 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat Dewi Sartika.(ist.)

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat Dewi Sartika.(ist.)

BANDUNG, BIPOL- Selama periode dua tahun terakhir, prevalensi stunting di tingkat nasional mengalami penurunan sebesar 3.27%, yaitu dari 27.67% (Survei Status Gizi Balita Indonesia, 2019) menjadi 24,4% di tahun 2021 (SSGI, 2021).

Meskipun terjadi penurunan, namun stunting masih menjadi tantangan Pemerintah, karena target prevalensi stunting dalam RPJMN 2020-2024 yaitu sebesar 14% di tahun 2024.

Untuk mencapai target tersebut, perlu upaya lebih dari tahun sebelumnya karena selama ini penurunan angka stunting di Indonesia hanya 1,6% per tahun dan harus ditingkatkan menjadi 3,4% per tahun.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Agus Suprapto mengatakan, pengawalan dan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian (KSP) dari pusat hingga tingkat desa merupakan kunci keberhasilan untuk penurunan stunting.

“Tahun 2018 koordinasi intervensi percepatan pencegahan stunting difokuskan di 100 kabupaten/kota, tahun 2019 di 160 kabupaten/kota, tahun 2020 di 260 kabupaten/kota, tahun 2021 di 360 kabupaten/kota, dan tahun 2022 dan 2023 di seluruh kabupaten/kota,” ucap Agus, dalam Pendampingan Terpadu Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Barat, di The Trans Luxury Hotel Bandung, Kamis (8/9/2022).

Salah satu arahan Presiden Joko Widodo dalam Ratas tentang Percepatan Penurunan Stunting tanggal 11 Januari 2022 yaitu agar K/L fokus melakukan percepatan penurunan stunting di 7 provinsi dengan prevalensi tertinggi agar mudah dikontrol evaluasinya, yaitu NTT (37,8%), Sulawesi Barat (33,8%), Aceh (33,2%), NTB (31,4%), Sulawesi Tenggara (30,2%), Kalimantan Selatan (30%), dan Kalimantan Barat (29,8%).

Kemudian pada rapat koordinasi tingkat Menteri (RTM) tanggal 20 Januari 2022, Menko PMK juga memberikan arahan agar selain fokus terhadap 7 provinsi, K/L juga harus fokus di 5 provinsi dengan jumlah balita stunting terbanyak, yaitu Jawa Barat (968.148 balita), Jawa Timur (656.449 balita), Jawa Tengah (510.646 balita), Sumatera Utara (348.889 balita), dan Banten (268.226 balita) (SSGI, 2021).

“Penanganan di 12 provinsi ini sudah dapat mencakup lebih dari 60% sasaran dan diharapkan mempunyai daya ungkit dalam upaya percepatan penurunan stunting tanpa mengesampingkan provinsi lainnya,” kata Agus.

Berkaitan hal tersebut, Kemenko PMK sebagai Wakil Ketua Pengarah dalam pelaksanaaan percepatan penurunan stunting, bersama Kementerian/Lembaga terkait dan mitra akan melakukan pra pendampingan terpadu di Provinsi Jawa Barat, dalam rangka penguatan percepatan penurunan stunting di daerah.

Tujuannya Melakukan pendampingan bagi provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa dalam pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif untuk pencapaian target indikator sesuai Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, yaitu menyusun rencana kerja Percepatan Penurunan Stunting kabupaten/kota.

Berbagai Inovasi
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat Dewi Sartika menegaskan bahwa upaya pendampingan yang dilakukan Pemerintah Pusat terhadap kader-kader hingga ke pedesaan merupakan langkah yang baik dalam rangka untuk menutrunkan angka stunting di Jawa Barat.

“Pertemuan lintas sektor dengan melibatkan TPPS Pusat dan TPPS Provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa untuk menjaring masukan dari seluruh peserta untuk identifikasi dan memetakan perkembangan, kendala multi sektor dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting untuk mempercepat pencapaian target indikator,” ucapnya.

Menurut Dewi Sartika, berbagai inovasi baik yang dilakukan ditingkat provinsi maupun kota dan kabupaten akan terus kita lakukan untuk menurunkan angka stunting tersebut.

“Bagaimana kita akan terus menurunkan dengan berbagai inovasi. Jadi artinya seluruh kabupaten/ kota yang dalam perencanaannya ada kata-kata stunting itu jadi ada pendanaan kompetitif,” ujar Dewi.

Dewi menambahkan, bahwa untuk mencegah dan menurunkan angka stunting ini tidak hanya kepada anak-anak balita saja tetapi juga saat seribuhari pertama kehidupan

“Jadi poinnya bukan saja adalah di bayi, tetapi adalah dari seribu hari pertama kehidupan, itu juga menjadi kata kunci bagaimana anak-anak remaja putri itu juga harus minum tablet tambah darah satu miinggu satu kali,” tuturnya.(*)

Berita Terkait

Jawa Barat Raih Peringkat Kedua Nasional dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Puluhan Murid Keracunan Usai Menyantap MBG, Kepala BGN Sebut Ada Kelalaian
Temuan BPOM-BPJPH, Produk Makanan Berlabel Halal Ternyata Mengandung Babi
Ratusan Jenderal Tandatangani Pernyataan Sikap, Usul Pergantian Gibran dan Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
Jokowi Tunjukkan Ijazah ke Wartawan, Tapi Dilarang Ngambil Gambar, Kamera dan Handphone Dikumpulkan
Titiek Puspa Wafat dalam Usia 87 Tahun, Sempat Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H
Bawaslu Tegaskan Komitmen Jaga Demokrasi, Rahmat Bagja: Kita akan Gandeng Lagi Masyarakat untuk Tegakkan Kedaulatan Rakyat
Ngeri! Guru Besar UGM Diduga Berbuat Kekerasan Seksual Terhadap Mahasiswi Sejak 2023

Berita Terkait

Jumat, 25 April 2025 - 20:05 WIB

Jawa Barat Raih Peringkat Kedua Nasional dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Rabu, 23 April 2025 - 12:09 WIB

Puluhan Murid Keracunan Usai Menyantap MBG, Kepala BGN Sebut Ada Kelalaian

Rabu, 23 April 2025 - 11:00 WIB

Temuan BPOM-BPJPH, Produk Makanan Berlabel Halal Ternyata Mengandung Babi

Jumat, 18 April 2025 - 14:16 WIB

Ratusan Jenderal Tandatangani Pernyataan Sikap, Usul Pergantian Gibran dan Reshuffle Menteri Pro-Jokowi

Kamis, 17 April 2025 - 07:47 WIB

Jokowi Tunjukkan Ijazah ke Wartawan, Tapi Dilarang Ngambil Gambar, Kamera dan Handphone Dikumpulkan

Berita Terbaru