BIPOL.CO, JAKARTA – Saat ini Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) tengah memperhatikan isu harga cabe rawit merah di suatu daerah yang disebut mencapai Rp 450.000 per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya sedang melakukan cross check untuk memastikan kebenaran isu tersebut, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang akurat.
Bapanas, kata dia, punya panel harga pangan yang menjadi referensi bagi perkembangan harga secara nasional yang dihimpun dari enumerator harga.
“Fungsinya untuk memantau perkembangan harga pangan secara harian di seluruh provinsi dan kabupaten kota,” kata Arief, dilansir dari RM.id.
Menilik pada Panel Harga Pangan NFA, harga rata-rata semua provinsi untuk cabe rawit merah di Desember tercatat berada di angka Rp 84.460 per kg.
Ke depannya, Bapanas bakal terus bersinergi dengan stakeholder pangan dalam membantu mobilisasi pangan antar daerah melalui FDP.
“Ini agar dapat menjembatani daerah dengan stok berlebih terhadap daerah yang stoknya defisit dan mengalami lonjakan harga,” ucapnya.
Sementara menjelang perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru) harga cabe rawit merah di pasar tradisional di berbagai daerah di Indonesia terus melonjak. Kenaikan komoditas tersebut menjadi sorotan Pemerintah.
Arief Prasetyo Adi menilai, pergerakan harga cabe yang cukup tinggi, hingga Rp 150 ribu per kilogram (kg) akibat belum meratanya produksi dan distribusi pasokan, terutama ke daerah yang defisit.
“Misalnya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta pada bulan lalu, pasokan di sana sempat turun sampai 6 persen. Kami bantu dengan mobilisasi pangan melalui skema FDP (Fasilitasi Distribusi Pangan) sebanyak 5 ton. Ini tentunya setelah NFA berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan para Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani),” kata Arief dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/12/2023).
Sementara, lanjutnya, Di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), harga cabe rawit merah ada yang masih Rp 50.000 per kg. Harga rendah ini terjadi karena cabe bersumber dari produksi lokal setempat.
“Untuk itu, kami terus dorong Pemerintah Daerah makin perhatian pada komoditas pangan yang ada di wilayahnya,” kata Arief.
Untuk mengatasi gejolak harga pangan seperti cabe rawit merah, Bapanas menekankan pentingnya kolaborasi antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat.
Apabila Pemerintah Daerah menemukan indikator adanya eskalasi harga pangan yang tidak normal, ditegaskannya, Pemerintah Pusat sigap dan bahu membahu mengatasinya”
Arief mendorong, untuk masalah cabe rawit merah, hasil produksi didekatkan ke daerah-daerah yang defisit pasokan namun cukup tinggi konsumen.
“Kita semua harus dorong produksi. Masyarakat bisa tanam di pekarangan atau kebun menggunakan polybag,” ujar Arief.(ads)