MEDAN, bipol.co – Penjualan benih sawit di dalam negeri anjlok di Januari 2019 sebagai dampak turunnya harga jual tandan buah segar atau TBS di 2018 serta langkah “wait and see” perusahaan sawit di tahun politik.
“Di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan misalnya pada Januari 2019 hanya bisa menjual benih sawit sebanyak 1.238.453 butir,” ujar Direktur PPKS Medan, Hasril Hasan Siregar di Medan, Selasa.
Penjualan di Januari 2019 itu anjlok dibandingkan periode sama 2018 yang bisa sebanyak 2.633.029 butir.
Penjualan benih sawit PPKS di Januari 2019 itu, katanya, bahkan jauh di bawah angka penjualan 2017 sebanyak 2.020.220 butir.
“Masih syukur PPKS bisa jual benih di angka 1 juta-an, perusahaan lain bahkan tidak sampai 1 juta,” katanya.
Dia mengakui, penjualan benih memang sangat dinamis dan dan berkorelasi positif dengan harga kelapa sawt.
Sementara harga TBS dan minyak sawit mentah atau crude palm oil/CPO di 2018 rendah khususnya di semester II 2018.
“Ditambah lagi ada tahun politik yang membuat perusahaan melakukan `wait and see` dalam pengembangan bisnis. Otomatislah permintaan benih turun,” ujar Hasril.
Hasril menyebutkan, PPKS dan tentunya semua perusahaan produsen benih berharap harga jual CPO semakin bagus.
Kemudian Pemilu berjalan aman dan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pemerintah berjalan lancar di 2019.
“Kalau ketiga faktor itu yakni harga CPO naik, Pemilu aman dan lancar serta program PSR berlanjut diyakini penjualan benih sawit akan kembali membaik,” katanya.
Hasril menyebutkan, meski permintaan lesu di awal tahun, PPKS Medan masih optimistis bisa menjual benih kelapa sawit sebanyak 24,5 juta butir seperti yang ditargetkan pada 2019.
Target penjualan di 2019 itu sendiri ujar dia, naik dari rencana 2018 yang sebesar 23 juta butir dengan realisasi 24.142.761 butir.
“Memang ada prediksi harga jual TBS belum kembali bagus. Tetapi PPKS Medan masih optimistis bisa menjual seperti yang ditargetkan,” ujar Hasril.(bud/ant)