Pangeran Thailand Jadi Tukang Kebun di Bandung

- Editor

Minggu, 6 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Balai Chakri Mahaprasad di Istana Raja di Bangkok. (Via Wikipedia)

Balai Chakri Mahaprasad di Istana Raja di Bangkok. (Via Wikipedia)

BIPOL.CO, JAKARTA – Paribatra Sukhumbandu adalah Pangeran Siam–saat ini Thailand. Ia adalah anak Raja Chulalongkron atau Rama V.

Paribatra hidup bergelimang harta di istana. Saat sudah dewasa dia diberi posisi khusus di pemerintahan.

Namun dia mengalami nasib tragis. Dari semula hidup enak di Istana Raja beralih profesi menjadi pesakitan dan tukang kebun di Bandung.

Dikutip dari CNN Indonesia, dalam Thailand: A Short History (2004) diketahui, dia sempat menjadi Panglima Angkatan Laut, Menteri Dalam Negeri, dan penasehat raja. Akan tetapi, semua posisi dan keistimewaan itu berakhir pada 24 Juni 1932. Kudeta di kerajaan sukses menggulingkan kekuasaan Rama V.

Paribatra yang jadi bagian kerajaan, baik secara politik atau biologis, praktis terdampak kudeta. Dia harus angkat kaki dari istana. Alias terusir dari rumah yang selama 50 tahun ditempati.

Ketika tragedi terjadi, dia bingung hendak tinggal di mana. Awalnya memilih pergi ke Eropa, tapi sejarah kemudian mencatatnya berbeda. Anak ke-33 Raja Rama V itu kemudian memutuskan tinggal di Hindia Belanda pada Agustus 1932. Surat kabar de Indische Courant (6 Agustus 1932) melaporkan, dia tiba di Batavia sebelum akhirnya memilih menetap di kawasan Cipaganti, Bandung. Dia datang bersama istri, 5 anak, dan beberapa orang lain.

Keputusan tinggal di Paris van Java dipilih karena suasana kota itu sesuai dengan dirinya sebagai pensiunan. Dingin, sepi, dan banyak pemandangan alam indah.

Meski dianggap pesakitan di Thailand, Paribatra begitu dihormati di Hindia Belanda. Para pejabat tinggi masih menganggapnya sebagai sosok hebat dan berjasa. Tak heran, dia diberi kebebasan di Bandung.

Harian de Indische Courant (22 Agustus 1933) menuliskan, pejabat Hindia Belanda memberikan tiga rumah besar di Bandung sebagai hunian Paribatra. Kelak, hunian tersebut dimanfaatkan sang pangeran untuk menyalurkan kegiatan terpendamnya: jadi tukang kebun.

Peneliti sejarah Bandung Haryoto Kunto dalam Semerbak Bunga di Bandung Raya (1986) menceritakan, di rumah barunya Paribatra menjadi ahli tanaman anggrek.

Sehari-hari dia menjadi tukang kebun hingga sukses membangun taman indah berbunga di depan rumah. Dari kebun itu pula, Paribatra memperkenalkan bibit anggrek yang kelak disebarluaskan di kawasan Bandung. Mengutip majalah Mooi Indie (1937), dia rela menjadi tukang kebun karena merasa Bandung masih miskin bunga-bunga.

Selain berkebun, Paribatra juga hobi berwisata ke Jawa, Sumatera dan Bali. Setiap kali berlibur, jejak langkah Paribatra selalu jadi sorotan banyak media.

Sepanjang 1933-1938, tercatat dia mengunjungi Malang, Surabaya, Jogja, Bali, Kediri Bogor, Medan, dan sebagainya. Biasanya, Paribatra datang bersama rombongan dan menginap di hotel selama berhari-hari.

Saat mengunjungi Malang, misalnya, koran Soerabaijasch handelsblad (15 Juni 1937) melaporkan, dia dan 12 orang lain diberi fasilitas hotel oleh pejabat lokal. Kemudian, mereka diajak jalan-jalan ke tempat wisata. Atau terkadang juga dia melakukan napak tilas ke beberapa wilayah yang pernah dikunjungi Rama V di Hindia Belanda.

Hidup Paribatra Sukhumbandhu berakhir pada 18 Januari 1944. Dia wafat di usia 62 tahun dan dimakamkan di Bandung. Namun, pada 1948, jenazah Paribatra dipulangkan ke tanah kelahiran untuk dikremasi di Istana Raja, Bangkok. (*)

Berita Terkait

Karena Serukan Akhiri Perang, Komandan Senior dan Ratusan Tentara Cadangan Dipecat
PM Netanyahu Sebut 1.000 Prajurit Israel yang Meminta Perang Gaza Diakhiri Ekstrimis Zionis
Kebijakan Trump Membuat Warga AS Kecewa, Tarif Impor Pengaruhi Negara Asia
Konjen Winanto Adi Halal Bihalal Bersama Komunitas Indonesia di New Hampshire, Sampaikan Sejumlah Isu
Riwayat Gempa Dahsyat di Sesar Sagaing, Efek Vibrasi Hingga Mengguncang Bangkok
Dikecam PBB, Junta Militer Bombardir Sagaing Saat Myanmar Dilanda Gempa
Muncul dalam Satu Dekade Terakhir, Fenomena Meningkatnya Ateis di Negara-negara Arab
Gempa Dahsyat di Myanmar,  Korban Tewas Mencapai 1.600 orang

Berita Terkait

Sabtu, 12 April 2025 - 17:18 WIB

Karena Serukan Akhiri Perang, Komandan Senior dan Ratusan Tentara Cadangan Dipecat

Sabtu, 12 April 2025 - 10:22 WIB

PM Netanyahu Sebut 1.000 Prajurit Israel yang Meminta Perang Gaza Diakhiri Ekstrimis Zionis

Selasa, 8 April 2025 - 11:11 WIB

Kebijakan Trump Membuat Warga AS Kecewa, Tarif Impor Pengaruhi Negara Asia

Senin, 7 April 2025 - 17:20 WIB

Konjen Winanto Adi Halal Bihalal Bersama Komunitas Indonesia di New Hampshire, Sampaikan Sejumlah Isu

Minggu, 6 April 2025 - 14:56 WIB

Pangeran Thailand Jadi Tukang Kebun di Bandung

Berita Terbaru