BANDUNG, BIPOL.CO – NAMA Muchamad Ade Afriandi tiba-tiba menjadi newsmaker dalam pemberitaan media sepekan terakhir. Pemicunya keberanian Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat itu membawa Aminah Saghar, dari rumah sakit Kramat Djati, Jakarta, ke Jawa Barat. Disnakertrans Jabar kemudian memasukan Aminah ke RSUD Al Ihsan Kabupaten Bandung untuk dirawat.
Hebatnya, hanya dalam satu minggu keluarga Aminah bisa ditemukan. Padahal, perempuan asal Cianjur itu tak memiliki dokumen apapun terkait dirinya. Secara fisik, TKI itu tak bisa berkomunikasi karena tak jelas bicara akibat stroke.
Aminah Shagar adalah TKI yang ditemukan di jalanan di Kota Jeddah, Arab Saudi, dalam keadaan sangat memprihatinkan. Entah bagaimana ceritanya sampai terlantar di jalanan. Namun kondisinya saat itu Aminah mengalami stroke, lumpuh, dan tak bisa bicara.
Polisi setempat memasukan Aminah ke rumah sakit Saghar. Yang rumit Aminah ditemukan tanpa identitas diri ataupun dokumen apapun tentang dirinya. Ia tak memiliki paspor, KTP, atau kartu identitas lainnya. Entah kemana paspor yang seharusnya ia bawa kemana pun pergi selama di luar negeri.
Nama Aminah sendiri merupakan nama pemberian polisi setempat agar memudahkan pengurusan ke rumah sakit. Sedangkan nama Shagar, nama rumah sakit tempat Aminah dirawat setelah ditemukan di jalanan.
September 2018, Aminah berhasil dipulangkan ke Indonesia. Namun pemerintah bingung kemana ia harus dipulangkan. Terlebih dalam kondisi Aminah seperti itu, susah diajak komunikasi. Aminah pun dirawat di Rumah Sakit Kamat Djati, Jakarta.
Kabar cerita Aminah menyebar. Karena diduga Aminah berasal dari Jawa Barat, Kepala Dinas Tenaga Kerja melakukan pengecekan. Ia mengutus stafnya berangkat ke Jakarta untuk melakukan memastikan keberadaan Aminah.
Setelah dipastikan, Aminah dikabarkan berasal dari Ciranjang, Cianjur. Maka disiapkan lah TKI itu dibawa ke Jawa Barat. Sebelum dicarikan keluarganya, Aminah dirawat dulu di rumah sakit Al Ihsan. “Saat dibawa dan masuk rumah sakit, wajah Aminah terlihat marah. Mungkin dia menyangka akan dibawa langsung ke keluarganya,” kata Ade.
Sejak dirawat oleh Disnakertrans, Ade mengerahkan anak buahnya untuk mencari keluarga Aminah. Karena sebelumnya bekerja di Dinas Pengembangan Masyarakat Desa, Ade mudah menghubungi jaringan desa dan kecamatan. “Saya coba kontak Camat Ciranjang. Tapi ternyata tidak ada keluarga TKI yang kehilangan kontak,” katanya.
Ade mengaku hampir putus asa. Ia sempat mengira Aminah bukan asal Jawa Barat. Kalaupun itu terjadi, Ade harus menyiapkan solusinya. “Belakangan diketahui ada kabar dari wartawan yang mengatakan ada keluarga yang kehilangan keluarga bertahun-tahun karena berangkat ke Arab Saudi menjadi TKI,” katanya.
Ade langsung mendatangi keluarga yang dimaksud. Ia datang sendiri, tak mengutus staf. Bahkan harus menaiki ojeg motor karena jalan tak bisa masuk kendaraan roda empat. Setelah bertemu, yakin bahwa yang dihadapannya adalah keluarganya Aminah. “Bahkan keluarga Aminah sendiri meyakinkan, bahwa foto dan gambar yang diperlihatkan adalah anggota keluarganya,” kata Ade.
***
PERISTIWA Aminah Shagar memberi pembelajaran tersendiri buat lulusan IPDN ini. “Pembelajaran itu terkait pekerja migran. Siapa sih sebenarnya pekerja migran ini? Kenapa ketika ada masalah, pemerintah yang paling depan disalahkan? Peristiwa Aminah ini menjadi pengalaman untuk jauh lebih memahami tentang pekerja migran,” kata Ade kepada bipol.co, baru-baru ini.
Oleh karena itu, katanya, pihaknya memiliki gagasan migran juara. Sebuah layanan kebijakan untuk membuat pusat pelayanan pekerja (migran service center). “Apa saja yang bisa kita kembangkan di dalamnya, kita belajar dari pengamalam Bu Aminah ini. Masih banyak aminah lain yang mungkin belum terungkap. Kita antisipasi dengan sistem dan kebijakan migran center tadi,” katanya.
Dalam pandangan Ade, totalitasnya dalam menangani Aminah merupakan dorongan bathin pribadi. “Dalam kasus seperti Aminah, kita tak bisa lagi melihat ini legal, ini ilegal, terdaftar atau tak terdaftar. Ketika TKI masyarakat Jawa Barat ada masalah, kita harus berbuat,” katanya.
Itu sebabnya, Ade berani langsung terjung ke lapangan bersama stafnya untuk mencari keluarga, masuk kampung keluar kampung. “Pasti saya terjung langsung. Saya menikmati pekerjaan ini. Ini panggilan jiwa,” pungkasnya. **
Editor: UDE D GUNADI