Mahfud MD Sebut Radikalisme Dekat dengan Terorisme

- Editor

Sabtu, 17 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahfud MD.* ist.

Mahfud MD.* ist.

JAKARTA, bipol.co  – Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Profesor Mahfud MD, mengatakan persoalan radikalisme harus mendapat perhatian serius karena radikalisme dekat dengan terorisme.

“Batasnya tidak jauh. Seorang radikal itu kalau ada kesempatan dan kalau ‘bensinnya’ cukup itu ujungnya ke teror,” kata Mahfud dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Sebagai gerakan yang ingin membangun kesadaran berbangsa dan bernegara tanpa intoleransi, tanpa teror, Gerakan Suluh Kebangsaan pun menaruh perhatian serius pada radikalisme dan terorisme.

Untuk itu, Gerakan Suluh Kebangsaan menggelar diskusi kelompok terarah untuk memetakan persoalan radikalisme sekaligus membuat rencana strategis penanganannya.

Diskusi yang digelar di Jakarta, Jumat (16/8) malam itu mengundang 15 tokoh, di antaranya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhamadiyah, Haedar Nashir, Komarudin Hidayat, Alwi Shihab, Salahuddin Wahid, dan Benny Susetyo.

“Kami mengundang Kepala BNPT agar kami mendapatkan informasi mengenai bagaimana peta sebenarnya yang ada di hadapan kita tentang gerakan terorisme dan radikalisme ini,” kata Mahfud.

Kepala BNPT, Suhardi Alius, menilai peran pemuka masyarakat sangat penting untuk memelihara perdamaian termasuk membantu mencegah beredarnya paham radikal teroris di masyarakat.

“Mereka yang bisa menjadi penyejuk di masyarakat jika terjadi perbedaan pandangan atau pilihan dan bisa memberikan pencerahan jika di lingkungan masyarakat terjadi upaya-upaya infiltrasi penyebaran paham radikal,” ujar Suhardi.

Menurut Suhardi, radikalisme dan terorisme adalah persoalan serius yang bisa mengancam keutuhan NKRI, dan memerlukan kepedulian bersama untuk menanganinya.

Bangsa ini, kata Suhardi, membutuhkan gerakan-gerakan di luar pemerintahan untuk berkontribusi dan memberikan informasi mengenai permasalahan radikalisme dan terorisme serta meluruskan kembali pandangan salah yang diembuskan kelompok radikal terhadap bangsa ini.

“Ini adalah tanggung jawab moral kita bersama, tanggung jawab kolektif. Tidak boleh lagi ada ‘silent majority’. Ketika melihat kesalahan, tentunya kita harus bersama-sama untuk mengoreksi,” kata Suhardi. (ant)

 Editor: Hariyawan

Berita Terkait

Dukung Hasto, Massa Penuhi Pengadilan Tipikor Gunakan Rompi Oranye Bertuliskan “Hasto Tahanan Politik”
H. Eep Jamaludin Sukmana Manfaatkan Reses di Bulan Ramadhan untuk Bersilaturahmi dan Tampung Aspirasi
AHY Terpilih Kembali Sebagai Ketum, Puan Harap Partai Demokrat Terus Gotong Royong Bangun Bangsa
Secara Aklamasi AHY Terpilih Kembali Jadi Ketum Partai Demokrat: Berharap Bisa Bangkit
Ono Surono: Retreat Tidak Ada Aturan UU, Empat Kepala Daerah di Jabar Patuhi Perintah Megawati
H Firman: Visi Misi dan Program 100 Hari Kerja Bupati Wajib Dijalankan, Harus Selaras RPJMN dan RPJMD
Wakil Ketua DPRD Thony Fathony Harap Visi Misi dan Progres Program 100 Hari Bupati/Wakil Bupati Harus Dioptimalkan
481 Pasangan Kepala Daerah Resmi Dilantik Presiden Prabowo

Berita Terkait

Sabtu, 22 Maret 2025 - 17:37 WIB

Dukung Hasto, Massa Penuhi Pengadilan Tipikor Gunakan Rompi Oranye Bertuliskan “Hasto Tahanan Politik”

Selasa, 11 Maret 2025 - 17:23 WIB

H. Eep Jamaludin Sukmana Manfaatkan Reses di Bulan Ramadhan untuk Bersilaturahmi dan Tampung Aspirasi

Kamis, 27 Februari 2025 - 13:30 WIB

AHY Terpilih Kembali Sebagai Ketum, Puan Harap Partai Demokrat Terus Gotong Royong Bangun Bangsa

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:41 WIB

Secara Aklamasi AHY Terpilih Kembali Jadi Ketum Partai Demokrat: Berharap Bisa Bangkit

Minggu, 23 Februari 2025 - 09:58 WIB

Ono Surono: Retreat Tidak Ada Aturan UU, Empat Kepala Daerah di Jabar Patuhi Perintah Megawati

Berita Terbaru