JAKARTA.bipol.co – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian berpesan kepada Idham Azis yang baru saja dilantik sebagai Kapolri bahwa tugas sebagai seorang Kepala Kepolisian Republik Indonesia bukanlah hal yang mudah.

“Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Pak Idham. Jadi Kapolri tidak gampang karena internal saja harus mengurus 450 ribu orang, eksternal ada 34 Polda, 500 lebih lebih Polres, hampir 5.000 Polsek yang tersebar di seluruh wilayah,” kata Kapolri 2016-2019 Tito Karnavian di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (1/11).

Tito menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri pelantikan Jenderal Pol Idham Azis sebagai Kapolri, menggantikan Tito Karnavian yang diangkat sebagai Mendagri per 23 Oktober 2019.

“Kemudian melaksanakan tugas pokok pemeliharaan kamtibmas (keamanan, ketertiban masyarakat) sambil juga pelayanan kepada publik. Penegakan hukum itu tidak gampang di tengah negara yang sangat pluralistik dan demokrasi yang cenderung bebas,” tambah Tito.

Artinya menurut Tito ada permasalahan ideologis, politis, hingga pilkada pada 2020 di 270 daerah.

“Lalu permasalahan kejahatan-kejahatan konvensional seperti perampokan, begal, kekayaan negara, ‘illegal loging’, ‘illegal fishing’, masalah lingkungan, kompleks sekali. Saya merasakan tiga tahun tiga bulan merasa cukup berat,” ungkap Tito.

Tito mengaku sebagai Menteri Dalam Negeri dirinya akan banyak bekerja sama dengan Idham.

“Pasti (kerja sama), kan saya pembina untuk kepala daerah. Jadi nanti di situ kan kita mengenal adanya Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah) dimana kepala daerah adalah pimpinannya. Kita harapkan nanti ada kekompakan di tiap-tiap daerah di antara forkopimda yang terdiri dari pimpinan daerah, gubernur, Kapolda, ada Pangdam, Kajati, Ketua Pengadilan Tinggi,” jelas Tito.

Dalam forkopimda tersebut, Tito pun mengaku akan mendorong para kepala daerah untuk membangun sinergi yang bagus dengan kepolisian, TNI, Kajati, ketua pengadilan tinggi, ketua DPRD.

“Kalau forkopimda kompak, daerah itu akan aman-aman saja, insya Allah stabilitas bisa dijaga,” ungkap Tito.

DPR mengesahkan Idham Azis sebagai Kapolri menggantikan Tito Karnavian dalam rapat paripurna di Gedung DPR pada Kamis (31/10). Rapat dipimpin langsung oleh Ketua DPR Puan Maharani.

Sebelumnya, Komisi III DPR secara aklamasi telah menyetujui Idham Azis sebagai Kapolri setelah melakukan uji kelayakan Idham Aziz pada Rabu (30/10). Dalam uji kelayakan itu, Idham menyampaikan visi misinya sebagai Kapolri.

Idham Azis adalah lulusan Akpol 1988, terakhir menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri dan pernah juga menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.

Ia tercatat pernah melumpuhkan dalang teror bom Bali Dr. Azahari di Batu, Malang, Jawa Timur, pada 2005. Saat itu, Idham menjabat Kepala Unit Riksa Subden Investigasi Densus Polri. Idham melaksanakan operasi bersama Tito Karnavian, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel dan lainnya. Mereka pun mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri (saat itu) Jenderal Sutanto.

Pada bulan Desember 2001, Idham tercatat menjadi anggota Tim Kobra untuk menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto di bawah pimpinan Tito Karnavian. Saat itu Idham bertugas di Unit Harda Polda Metro Jaya.

Selanjutnya, Idham juga ikut menumpas dua teroris kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Saat itu Idham menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah.

Saat menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Idham mengungkap pelaku kasus pembunuhan dan sodomi 14 anak jalanan yang ditangkap pada tanggal 9 Januari 2010.

Saat jadi Kapolda Metro Jaya, Idham mengungkap kasus penyelundupan narkotika jenis ganja seberat 1,3 ton dari Aceh ke Jakarta dan penyelundupan sabu-sabu 1,6 ton dari Taiwan di Anyer, Banten dan menjaga situasi keamanan di Jakarta tetap kondusif saat Ibu Kota menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games 2018.

Idham juga terlibat dalam Operasi Camar Maleo bersama TNI untuk menangkap kelompok teroris Santoso di wilayah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah, awal tahun 2015. (ant)