“Cipika-cipiki lah yang baik. Selesaikan lah dulu urusan peluk-memeluk itu,” kata Fahri di Senayan Jakarta, Selasa (19/11).
“Ada pelukan atau tidak, kita tidak tahu. Tapi itu pertemuan biasa,” kata Fahri.
Ia juga mengkritisi deklarasi PKS yang menyatakan sebagai oposisi pemerintah. Menurut dia, oposisi dalam sistem presidensial bukan hanya komitmen kelembagaan.
”Oposisi itu tidak ditunjukkan oleh omongan kelembagaan, karena tidak masuk kabinet, kami oposisi, enggak begitu,” ujar Fahri.
Ia mengatakan sistem seperti itu pernah berlaku dulu sewaktu era sistem parlementer. Saat ini, yang berlaku adalah sistem presidensial atau disebutnya sebagai kongresialisme dimana DPR RI adalah indikator oposisi.
Sebab, begitu orang terpilih menjadi anggota DPR RI, secara otomatis dia menjadi oposisi. Oposisi, kata Fahri, berarti pengawas pemerintah. Tampak dari seberapa gigih anggota DPR RI mengawasi jalannya pemerintahan dan mengoreksi apabila pemerintah melakukan kesalahan.
“Justru saya lihat sekarang partai-partai yang banyak mengkritisi pemerintah itu, partai-partai yang pernah mendukung pemerintah. Bukan partai yang tidak mendukung pemerintah,” kata Fahri lagi.
Dalam kesempatan itu, Fahri juga meminta PKS tak lupa untuk segera menyelesaikan urusan mereka di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait gugatannya yang dikabulkan majelis hakim.
“Jangan bahas yang lain-lain dulu, selesaikan saja urusan yang di pengadilan. Kalau diselesaikan, kan kita bisa tenang,” kata Fahri. (ant)