BANDUNG Barat, bipol.co – Demokrasi itu soal konflik dan konsensus. Soal kebebasan dan ketertiban. Penegasan ini disampaikan Pengamat Politik dan Pemerintahan, Dr. Wawan Gunawan, S.Sos., M.Si., pada kegiatan Ngopi Senja, atau Ngobrol Pintar Seni Menjaga Kebersamaan dengan tema “Harmonisasi Dalam Semangat Demokrasi”, yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Achmad Yani, bertempat di Scoffe 132 Station Space, Jalan Sariwangi No. 132, Sariwangi Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (22/11/2019).
Dikatakan Wagoen, sapaan akrabnya, harmonisasi dengan demokrasi bukan vis a vis seperti kaum muda atau kaum tua, tidak bisa dibenturkan.
“Ini dua konsep yang berbeda, tapi ada irisannya. Demokrasi tanpa harmonisasi adalah anarki, tapi harmonisasi tanpa demokrasi adalah basa-basi,” kata dosen di FISIP Unjani ini.
Ngopi Senja merupakan salah satu agenda yang rutin dilaksanakan oleh HMI Komisariat Achmad Yani. Kegiatan berbentuk diskusi, yaitu para peserta dan juga pemateri berdiskusi mengenai suatu masalah atau topik tertentu yang sedang hangat.
Pada Ngopi Senja kali ini, HMI Komisariat Achmad Yani mengambil tema tersebut, dikarenakan kondisi yang tidak harmonis pasca Pilpres 2019.
Dikatakan Ketua Umum HMI Achmad Yani 2018-2019, Juliyana Nuryaman, S.IP., konflik-konflik horizontal menjadi penyebab adanya perpecahan dalam perbedaan pilihan.
“Oleh karena itu, dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara antar warga negara harus dirajut kembali,” ungkapnya.
Melihat konflik tersebut, HMI Komisariat Achmad Yani merasa bahwa harmonisasi itu diperlukan dalam demokrasi. Dengan sportivitas dan keadilan dalam berdemokrasi, sejatinya tidak perlu menunggu momen yang ada, maka dari itu jika demokrasi diartikan sebagai kebebasan ialah adanya suatu keselarasan bukan penyeragaman ataupun kesamaan.
“Sudah seyogiyanya demokrasi menjadi instrumen yang dapat menjadi jalan bagi terciptanya harmonisasi dalam semangat demokrasi,” pungkasnya.**
Editor: Hariyawan