“Tadi disampaikan testimoni anak-anak ternyata mengaku bahwa memang setelah mengurusi anak ayam ini ternyata mereka juga agak lupa pada ‘gadget’ (gawai),” katanya di SMPN 54 Bandung di Jalan Utsman Bin Affan Kota Bandung, di Bandung Jumat (31/1).
Ia menjelaskan jika pelajar menggunakan gawai, hal tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif.
Salah satunya, kata dia, para siswa menggunakan gawai untuk membuat video tentang perkembangan pertumbuhan ayam yang dipeliharanya.
“Mudah-mudahan apa yang saya inginkan dari pendidikan karakter memberikan anak ayam kepada anak ini ternyata sudah terpenuhi,” kata Oded.
Selain itu, kata dia, ada pula siswa yang berminat untuk meminta tambahan anak ayam.
Meski rencananya satu anak ayam untuk satu siswa, pihaknya mengaku tetap memenuhi permintaan mereka karena masih memiliki cadangan.
Dia juga mengklaim bahwa tingkat pertumbuhan anak ayam itu cukup baik.
Jika terdapat anak ayam yang mati, kata dia, hal itu karena faktor kelalaian siswa, namun masih dinilai dalam tingkat kewajaran.
“Kalau pun ada kematian itu di tingkat wajar, kematian itu biasanya terjadi di umur kurang dari sebulan. Selain itu, kematian ayam karena anak-anak lalai. Lalai menyimpan tidak mengamankan kurang memberi kehangatan dan sebagainya,” kata Gin Gin. (net)