Oleh EDI SISWADI
SEBENTAR lagi kita akan ditinggal Tamu Agung, Bulan Ramadhan benar benar sudah di penghujung. Sudahkah tersadar diri bahwa kita belum tentu ketemu lagi dengannya di tahun depan?
Semestinya kita mengoreksi diri, apakah yang telah kita lakukan? Apakah bulan yang penuh ampunan diisi dengan sejumlah kebaikan? Atau hanya ibadah sekadarnya untuk menggugurkan kewajiban…?
Sungguh merugilah kita jika bulan yang agung hanya diisi dengan candaan, banyak tertawa, dan menertawakan bahkan kadang-kadang cacian penuh kebencian tidak terasa kita ungkapkan ketika ber-WA-an. Bukan kebaikan yang kita tebarkan, malah kadang-kadang kebanggaan diri yang kita ungkapkan.
Merugilah kita di hadapan-Nya, karena puasa kita sekadar menahan perut lapar dan kehausan. Tidak menemukan malam kemuliaan, karena kita tidak berpayah-payah setiap malam menanti datangnya malam lailatur qadar.
Sempurnakanlah bulan yang agung ini dengan sejumlah kebaikan, bukan kelalaian yang membuat kita terhinakan. Msih ada kesempatan jalan untuk taubat, jika kita lupa hari hari kita hanya diisi dengan permainan dan candaan. Lupa membaca Al Quran.
Sungguh Allah membanggakan orang-orang yang segera menempuh jalan kebaikan dengan meninggalkan kesia-siaan. Kemurahan-Nya mendahului kemurkaan-Nya, maka jangan lewatkan waktu bulan kemulian pergi tanpa meraih ampunan-Nya. Allah akan menerima para hamban-Nya dan memaafkan kejelekan kejelekan kita.
Janganlah berputus asa dari rahmat-Nya. “Sungguh tidak perputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.” (Qs yusuf: 87). Sebesar apa pun dosa kita, akan Allah maafkan. Maka segeralah menuju ampunan-Nya.
Siapa pun kita, pejabat atau bukan, kaya raya atau hidup pas-pasan, dan apakah kita sudah melakukan kebaikan atau menjadi manusia yang selalu lalai… berlumur dosa, bahkan orang melabeli manusia hina, hendaknya tutuplah bulan ramadhan ini kecuali dengan kebaikan, karena amal itu bergantung pada akhirannya. Sepanjang nyawa belum terputus, Allah terbuka menerima taubat kita. Jadi akhirilah ramadhan ini dengan penuh kebaikan.
Jadikan hati hati kita dalam keadaan penuh rasa takut. Takut tidak diterima amal amal kita, karena Allah Azza wa jalla berfirman: “Hanyalah Allah menerima dari hamba hamba-Nya yang bertaqwa,” (Qs Al Maidah: 27). Taqwa adalah sebaik-baik bekal kita untuk menuju ke alam nyata.
Merenunglah sejenak…, apakah hidup kita sudah sesuai dengan tujuan, yaitu menghamba kapada-Nya. Maklum kebanyakan di antara kita uang dan jabatan serta kedudukan telah menjadi pujaan kebanyakan orang. Lupa waktu dan lupa tujuan pulang dengan membawa bekal kebaikan.
Jika kita lalai dan masih teledor menganggap diri telah banyak melakukan amal kebaikan, mestinya di penghujung Bulan Agung ini kita harus banyak bertafakur dan tersungkur banyak memuji Ilahi Rabbi…, bersedih hati merengek meminta ampunan-Nya, karena bulan inilah segala pinta dikabulkan, segala dosa dihapuskan, dan segala kejelekan kita dimaafkan. Masihkah kita akan melewatkannya?
Dahulu para salafus shaleh berkata: “Seandainya aku tahu bahwa Allah akan menerima amal dariku meski hanya seukuran biji sawi, sungguh aku berharap kematin ketika itu juga.” Inilah tanda rasa takut yang tertanam dalam diri orang yang beriman. Takut amalnya tidak diterima oleh Allah Azza Wa jalla….
Kita bukanlah orang-orang sholeh yang selalu hari-harinya diisi dengan ketaatan dan kebaikan serta jauh dari kemaksiatan, malah masih banyak bercanda dan banyak ketawa. Tidak ada rasa takut jika amalnya dinilai bagai debu berterbangan? Mumpung masih ada waktu tersisa, isilah bulan Ramadhan dengan hati yang tulus, ibadah yang bagus, dan istighfar terus menerus!*