BIPOL.CO, JAKARTA – Longsor yang dipicu hujan lebat di Provinsi Sichuan, barat daya China, telah menewaskan sedikitnya satu orang dan menyebabkan hampir 30 orang hilang.
Dirangkum dari CNBC Indonesia (10 February 2025) yang diilansir dari AFP, longsor terjadi pada Sabtu di desa Jinping, Kota Yibin, sekitar pukul 11.50 waktu setempat. Hingga Minggu pagi, jumlah korban tercatat satu orang tewas dan 28 lainnya masih hilang, menurut kantor berita Xinhua.
China mengalami cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir, termasuk banjir besar yang menewaskan puluhan orang tahun lalu. Para ilmuwan menyebut perubahan iklim sebagai penyebab meningkatnya frekuensi peristiwa cuaca ekstrem.
Dua orang berhasil diselamatkan pada Sabtu, sementara lebih dari 900 petugas penyelamat terus mencari korban yang hilang. Rekaman video yang dirilis penyiar negara CCTV menunjukkan tim penyelamat menggunakan senter untuk mencari korban di tengah puing-puing dalam kondisi gelap.
“Studi awal menunjukkan bencana ini terjadi akibat curah hujan yang berkepanjangan serta faktor geologi,” kata CCTV, mengutip pernyataan otoritas setempat.
Presiden China Xi Jinping telah memerintahkan otoritas untuk melakukan “segala upaya untuk mencari dan menyelamatkan korban hilang, meminimalkan jumlah korban, serta menangani dampak bencana dengan cepat dan tepat”.

1000 Personil Dikerahkan
Sementara dikutip dari VoA, tim darurat di provinsi Sichuan, China barat daya, pada hari Minggu (9/2) berpacu dengan waktu untuk menemukan 28 orang setelah tanah longsor akibat hujan menewaskan satu orang dan menimbun rumah-rumah.
Hampir 1.000 personil dikerahkan setelah terjadi tanah longsor di desa Jinping, Junlian, pada hari Sabtu. Sebagian petugas menelusuri sisa-sisa bangunan yang runtuh, menggunakan drone dan radar pendeteksi kehidupan untuk mencari tanda-tanda kehidupan dibantu penduduk setempat yang mengenal daerah tersebut, kata lembaga penyiaran pemerintah China CCTV.
CCTV melaporkan dua orang yang terluka berhasil diselamatkan dan sekitar 360 orang lainnya dievakuasi setelah 10 rumah dan sebuah bangunan pabrik tertimbun.
Pada konferensi pers hari Minggu, pihak berwenang mengatakan penilaian awal mengaitkan bencana ini dengan tingginya curah hujan dan kondisi geologi setempat. Mereka mengatakan bahwa faktor-faktor ini mengubah tanah longsor menjadi aliran puing-puing sepanjang 1,2 kilometer, dengan total volume melebihi 100.000 meter kubik.
Operasi penyelamatan terhambat oleh curah hujan yang terus menerus dan lebih banyak tanah longsor. Menurut perkiraan awal, area yang runtuh mencakup seluas 16 lapangan sepak bola dan banyak rumah terbawa arus longsoran.
Wakil Perdana Menteri China Liu Guozhong berada di lokasi untuk memandu operasi dan mengunjungi penduduk yang terkena dampak, menurut kantor berita resmi Xinhua.
Liu juga mencatat bahwa lereng-lereng di sekitarnya masih berisiko runtuh, dan menyerukan dilakukannya kajian ilmiah untuk memastikan keamanan operasi dan mencegah bencana lain, demikian Xinhua melaporkan.
China telah mengalokasikan sekitar 11 juta dolar AS untuk mendukung upaya-upaya bantuan dan pemulihan bencana.
Tanah longsor, yang sering disebabkan oleh hujan atau pekerjaan konstruksi yang tidak aman, bukan hal yang tidak biasa di China. Tahun lalu, tanah longsor di daerah terpencil di pegunungan di provinsi Yunnan, Cina barat daya, menewaskan puluhan orang. (*)