JAKARTA, bipol.co – Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, MA menilai, pertemuan Jokowi-Prabowo yang berlangsung di atas Moda Raya Transporasi (MRT), merupakan simbol kemajuan peradaban sebuah bangsa.
“Lewat simbol kecanggihan MRT yang mereka tumpangi, mereka sedang mengkomunikasikan bahwa politik di zaman moderen harus menggerakkan kemajuan dan perubahan bangsa, bukan sebaliknya mengembalikan peradaban bangsa ke zaman pra modern atau ke zaman kegelapan,” kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Minggu (15/7/2019).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan pilihan lokasi pertemuan antara Jokowi-Prabowo yang berlangsung di atas Moda Raya Transportasi (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Sabtu, (13/7/2019).
Menurut dia, jika dibaca secara hermeunetika maka pertemuan dua tokoh paling berpengaruh di negeri ini di MRT adalah sebuah kesengajaan. MRT adalah simbol bermakna.
Karena itu menurut dia, ada yang hendak dikomunikasikan oleh dua tokoh itu lewat lokasi tersebut yaitu MRT. Dia mengatakan, pesan pertama adalah MRT adalah simbol kemajuan peradaban sebuah bangsa. MRT adalah anak kandung modernitas dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
“Sehingga keduanya sampai memilih MRT karena itu bisa mengkomunikasikan sebuah pesan yang kuat bahwa, kemajuan bangsa adalah utama,” katanya.
Bangsa yang punya peradaban maju ditandai oleh kecanggihan moda transportasi, dan Indonesia sudah memiliki itu sehingga bangsa ini harus bangga. “Bangga Indonesia sudah maju. Juga punya segala potensi untuk maju lebih hebat lagi asalkan tidak ada lagi keterbelahan dan rivalitas akibat politik,” kata Bataona.
Pesan kedua, adalah bahwa Jokowi dan Prabowo paham bahwa politik, sekeras apapun itu gesekannya, harus berakhir damai demi kemajuan Indonesia. Artinya sebagai tokoh bangsa, keduanya paham bahwa politik saat ini harus dibawa ke arah yang beradab, dan tidak mengkhianati nilai-nilai dasar Pancasila.
Juga bahwa sebagai politisi di zaman moderen, spirit dasar politik tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar modernitas yaitu rasionalitas. Artinya, lewat simbol kecanggihan MRT yang mereka tumpangi, mereka sedang mengkomunikasikan itu bahwa politik di zaman modern harus menggerakkan kemajuan dan perubahan bangsa.
Bukan sebaliknya, mengembalikan peradaban bangsa ke zaman pra modern atau ke zaman kegelapan.
“Jadi saya kira pertemuan di atas MRT ini juga mau mengkomunikasikan sesuatu yang lebih substansial bahwa politik apapun itu hasilnya, tidak boleh merusak peradaban bangsa ini,” katanya.
Tetapi politik justru harus menopang dan menggerakkan kemajuan di segala aspek, baik ekonomi, sosial, maupun budaya. juga menggerakkan perubahan di dunia nyata maupun di dunia maya,” kata Mikhael Bataona. (ant)**
Editor: Ude D Gunadi