Srikandi

- Editor

Senin, 12 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (FOTO: FIXOTO.com)

Ilustrasi (FOTO: FIXOTO.com)

SEPERTI Dewi Amba yang kembali setelah mati, menitis dan menjelma menjadi Srikandi. Ada kemarahan kepada Bisma. Amba telah berjanji untuk menuntaskan dendam kepada Bisma. “Bisma harus mati,” kata Amba dalam hati.

Cinta Dewi Amba kepada Raja Salwa hancur karena Bisma memenangkan sayembara dan harus memboyong dia dan adiknya ke Kerajaan Kuru. Lalu menyerahkannya kepada Raja Wichitrawirya, untuk diperistri raja itu.

Tapi Cinta Dewi Amba hanya untuk Raja Salwa. Tak ada yang lain. Amba mengungkapkan hal itu kepada Wichitrawirya. Sang raja sempat ragu. Namun akhirnya ia mengalah. Ia menilai tak baik memperistri orang yang tak cinta kepadanya. Lalu ia melepaskan Dewi Amba.

Setelah bebas dari Raja Wichitrawirya Dewi Amba kembali kepada Raja Salwa. Tapi impiannya kembali buyar. Raja Salwa menolak. Ia merasa tak berhak memiliki Dewi Amba karena telah dikalahkan Bisma dalam sayembara. “Semestinya Bisma yang bertanggung jawab,” kata Raja Salwa saat Dewi Amba datang.

Hati Amba galau. Ia merasa buntu. Hatinya bertanya, “Apa benar ia harus menikah dengan Bisma?”

Setelah itu Amba lebih banyak berdiam diri. Tak mau makan, tak mau minum. Tidur pun tak pernah tenang. Hati dan jiwanya gelisah. Perasaan tak menentu. Seperti bumi yang mengering, layaknya bulan tak memacarkan cahaya. Benar-benar galau.

Perasaan Amba yang tak tenang mendorongnya datang ke Bisma. Lagi-lagi buntu. Bisma telah berjanji untuk hidup membujang. Ia tak akan menikah sampai akhir hayatnya. Janji itu harus ditepati Bisma dan karenanya menolak tawaran Dewi Amba.

Dewi Amba sakit hati. Frustasi. Perasaannya hancur. Untuk mencari keseimbangan dirinya, Dewi Amba memilih untuk bermeditasi. Bertapa. Ia memohon petunjuk kepada dewa untuk hidupnya, untuk membalas dendamnya kepada Bisma.

Dewa menyambut. Ia memberi petunjuk. Diberinya Dewi Amba sebuah untaian bunga. Katanya,

barang siapa mengenakan kalung untaian bunga itu, ia bisa membunuh Bisma. Sebuah harapan terbit di hati Dewi Amba.

Ia kemudian mendatangi banyak ksatria, menawarkan kerja sama untuk membunuh Bisma. Ksatria yang memiliki dendam kepada Bisma ia datangi. Tapi tak ada yang mau menerima tawaran itu. Semua mengakui kesaktian Bisma dan tak berani melawannya.

Dewi Amba putus asa. Hati dan pikirannya kalut. Ia pun jatuh sakit. Sebelum meninggal dunia, Dewi Amba memohon kepada dewa agar ia dihidupkan kembali setelah mati. Ia akan tetap menuntut balas atas sakit hatinya kepada Bisma.

***

UNTAIAN bunga yang diberi Dewa kepada Dewi Amba ditemukan Srikandi. Dikalungkan bunga itu dilehernya. Membuat penampilan Srikandi makin cantik dan gagah.

Srikandi adalah putri raja Drupada dari Kerajaan Pancala. Ia menikah dengan Arjuna, putera tengah Pandawa. Srikandi tinggal di Madukara, wilayah bagian Hastinapura dan dipimpin oleh Arjuna sendiri.

Sebagaimana suaminya, Srikandi berkiprah di tentara Hastinapura. Kemampuan memanahnya hampir menyamai Arjuna. Keberanian dalam pasukan membuat ia menjadi simbol perempuan pemberani, ksatria, dan pandai. Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya.

Saat perang Bratayuda, senapati perang Pandawa gugur. Srikandi kemudian menggantikan Resi Seta, senopati yang gugur tadi. Menghadapi Bisma yang sakti, Pandawa hampir keteteran. Arjuna tak juga mengalahkan Bisma yang sakti. Pandawa yang lainnya sudah putus asa. Bisma terlalu kuat untuk dikalahkan. Sejak zaman Dewi Amba masih hidup, tak ada ksatria yang sanggup menghadapi Bisma. Termasuk Arjuna saat ini. Panahnya tak berarti apa-apa bagi Bisma.

Dalam situasi frustasi seperti itu, kuda dan sais yang ditumpangi Srikandi melesat cepat mendekati Arjuna di medang perang. Arjuna sedikit kaget, istrinya tiba-tiba datang. Meski Srikandi memiliki keterampilan keprajuritan, Arjuna khawatir juga Srikandi maju ke depan. Ia meminta Srikandi mundur. “Mundur Srikandi,” Arjuna berteriak.

Srikandi malah terus memacu ke depan. Lebih depan dari Arjuna. Bisma menyadari hal itu. Bisma juga sudah berjanji ia tak akan melawan wanita. Maka ia menghentikan serangan panahnya ke arah Arjuna. Tiba-tiba saja, panah Hrusangkali milik Srikandi menghujam dada Bisma. Putera Dewi Gangga itu terjatuh. Ambruk ke tanah. Mata Bisma hampir keluar. Ia merasakan sakit panah Srikandi. Bisma pun gugur. Dendam Dewi Amba terbalaskan.

***

SRIKANDI termenung sesaat setelah menghempaskan anak panah yang membuat Bisma rubuh. Kakinya tertekuk selutut. Matanya tertutup. Antara percaya atau tidak. Tapi tangisnya tetap pecah. Busur yang digenggamnya terlepas, setelah kedua tangan menutup matanya.

Dia tak menyadari kekuatan Dewi Amba begitu merasuk dalam dirinya. Kalung bunga ‘dewi amba’ masih tergantung di lehernya.

Kekuatan Dewi Amba masih merasuk di jiwa Srikandi. Tangisnya semakin kuat. Arjuna turun dari sais-nya. Ia menghampiri sang istri. Dibangunkannya Srikandi. Dipeluk. Kepala Srikandi jatuh ke bahu Arjuna.

Srikandi masih menangis. Arjuna menenangkan istrinya. “Bisma sudah gugur. Ayo kita pulang,” katanya.

Srikandi sadar, suaminya adalah keseimbangannya. Ia merasa tenang setelah diajak pulang putera tengah Pandawa itu. Meski kesadarannya belum pulih setelah menjatuhkan Bisma, ia percaya bersama suaminya. Dan Arjuna paham benar; kalung untaian bunga dewi amba yang ada di leher Srikandi menjadi simbol kemarahan perempuan seperti Dewi Amba. Keduanya tak banyak bicara, berjalan meninggalkan padang Kurusetra.**

 

Berita Terkait

Pajak untuk Hadiah Pribadi dari Luar Negeri, Apakah Ini Adil?
ASN, Haruskah Kita Percaya Lagi?
Sosok Pemimpin KBB ke Depan, Bagaimana Parpol?
Refleksi, Memasuki Abad ke-4 Kabupaten Bandung Mestilah Jujur
Tiga Tahun Menjadi Bupati: Sebuah Refleksi Diri
Dari SITUNG ke SIREKAP, Rekapitulasi Pemilu Berujung Penjara?!
Menakar Kinerja Pj Bupati Bandung Barat
Dari Jalan Hingga Pemakaman, 40 Wajah-wajah Baru Anggota DPRD Kabupaten Bandung

Berita Terkait

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 23:39 WIB

Pajak untuk Hadiah Pribadi dari Luar Negeri, Apakah Ini Adil?

Sabtu, 27 Juli 2024 - 15:13 WIB

ASN, Haruskah Kita Percaya Lagi?

Jumat, 28 Juni 2024 - 12:53 WIB

Sosok Pemimpin KBB ke Depan, Bagaimana Parpol?

Rabu, 1 Mei 2024 - 10:40 WIB

Refleksi, Memasuki Abad ke-4 Kabupaten Bandung Mestilah Jujur

Jumat, 26 April 2024 - 22:39 WIB

Tiga Tahun Menjadi Bupati: Sebuah Refleksi Diri

Berita Terbaru

BAZNas Sumedang bekerjasama dengan BAZNas RI berhasil membangun kembali rumah milik Adun (73) tidak layak huni di Dusun Tarogong, RT 008 RW 003, Cijeungjing l, Kecamatan Jatigede. Foto: Humas Sumedang.

NEWS

BAZNas Perbaiki Rumah Adun yang tidak Layak Huni

Senin, 2 Des 2024 - 16:08 WIB