JAKARTA, bipol.co – Guru Besar FISIP Unpad dan Rektor Universitas Widyatama Bandung, Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, kembali mengusulkan bahwa menghadapi ancaman terorisme, radikalisme, dan liberalisme, perlu pelibatan rakyat semesta.
“Pelibatan rakyat semesta dengan menggunakan kaidah hukum,” tegas Prof. Obi –demikian dia akrab disapa–, saat menjadi narasumber pada gelaran Ngopi Bareng Ryamizad berupa Dialog Kebangsaan bertema “Gelorakan Semangat Bela Negara Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme, Radikalisme, dan Liberalisme”, di Pulau Dua Restaurant, Paviliun Enggano, Kompleks Taman Ria Senayan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).
Penulis buku “Terorisme Kanan Indonesia” (Gramedia) ini menjelaskan bahwa gaya teroris itu ingin menakut-nakuti (terrere), ingin diperhatikan, nekad,dan doktrin melawan kemapanan (anti kemapanan).
Prof. Obi menelisik, mungkin karena kita ketakutan, sehingga sepertinya jadi kebiasaan, karena merasa berhasil (survei kepada 15.000 mahasiswa Widyatama dan 37,000 mahasiswa Unpad); karena kebijakan (sikap) yang terlalu berlebihan (kasus Kivlan Zein, HTI, Habib Riziq, dan lainnya); mungkin karena dibesar-besarkan media massa menciptakan tontonan sebagai akibat perkembangan teknologi informasi (viral); polisi dengan program Patroli dll, bea cukai dll, semua menimbulkan hadirnya aktor-aktor baru.
Terkait dengan liberalisme, Juara Dunia ke Dua (silver medal) “International Article Journal Writing” Tema Cybercrime, Pecipta, yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Malaysia (2019) ini,
memahami secara menyeluruh makna liberalisme yang kemudian berujung pada praktik kapitalisme.
Sederhanya, kata Prof.Obi, kekuatan akan bertumpu pada kekuatan modal, yang berkuasa atas kapital akan berkuasa segalanya, segala urusan pakai modal (uang).
“Pertanyaan besar kita, apakah kita sekarang bukan negara kapitalis alias liberalis dalam prakteknya, namun tetap bersembunyi dalam nilai idealis Pancasila? Keterbukaan dan pengakuan kuncinya,” kata Prof. Obi, seraya menambahkan, seperti kita membenarkan pengakuan Hillary Clinton tentang ISIS yang dibentuk AS dan kemudian tidak dapat dikendalikana atau kita akan merekaya pemikiran kita bahwa teroris di negeri ini memang tidak direkayasa atau sebaliknya?
Selain Prof. Obsatar Sinaga, dengan MC Fristian Griec, acara yang dihadiri Menhan RI 2014-2019, Ryamizad Ryacudu (Ketua Pembina Rekat/Rekonsiliasi Rakyat Indonesia), tampil pembicara lain,yaitu Ketua Komisi IX DPR RI 2014-2019, Dede Yusuf; Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI), Ust. Zaitun Rasmin; Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda II, KH. Nonop Hanafi; Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol.M. Iqbal; dan Tokoh Aceh, Muzakir Manaf.*
Editor: Hariyawan