“Ibadah kurban seyogyanya menjadi momentum bagi kita untuk “menyembelih” tabiat tamak, sifat binatang yang sejatinya ada namun terpendam dalam diri setiap manusia,” ucap dia, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/7).
Sama seperti binatang, lanjut dia, tabiat tamak manusia pada hakikatnya wujud nyata ketidakmampuan mengontrol dan mengendalikan keinginan, hasrat serta hawa nafsu sehingga kehilangan moral menjadi rakus karena tidak akan puas dengan apa yang ada, selalu kurang terhadap apa yang telah dimiliki.
“Insya Allah menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita di negeri ini dan Indonesia yang bersih dari korupsi bukanlah hanya menjadi mimpi tetapi terwujud nyata Indonesia bersih dari segala bentuk korupsi,” katanya.
“Serta pendekatan penindakan di mana ketiganya adalah “core business” KPK dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral sistemik, dan “sustainable” serta dukungan segenap komponen bangsa,” ujar dia.
“Dan hebatnya kejahatan ini dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan dampak sistemik,” kata dia.
Korupsi, lanjut dia, terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi.
Menurutnya, bukan penyembelihan hewan kurban baik kambing ataupun sapi yang menjadi esensi dari perayaan Hari Raya Idul Adha tahun ini, namun keikhlasan, pengorbanan, dan konsistensi untuk tidak korupsi esensi dari makna kurban yang seharusnya terpatri dalam setiap hati sanubari seluruh anak bangsa di negeri ini. (net)