BIPOL.CO, JAKARTA – Ramai soal deklarasi Anies-Cak Imin sampai hengkangnya Demokrat dari koalisi perubahan. Kedua kubu–NasDem dan Demokrat–saling tuding argumen dalam menentukan pilihan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menjadi bakal calon wakil presiden Anies Baswedan.
Atas hal itu bakal capres Anies Baswedan mengakui Ketua Umum NasDem Surya Paloh bersepakat dengan PKB tanpa berdiskusi dengan PKS dan Demokrat.
PKB sebelumnya berada satu koalisi dengan Gerindra, Golkar dan PAN yang mengusung Prabowo Subianto. Sementara Anies bersama NasDem, PKS dan Demokrat.
Anies menceritakan pada Selasa (29/8) terjadi kebuntuan di Tim 8 soal bakal cawapres. Perwakilan Demokrat ingin AHY segera dideklarasikan sebagai cawapres. Sementara perwakilan NasDem tak ingin deklarasi dilakukan segera.
“Malam itu saya sedang dalam perjalanan, dilaporin pertemuan (Tim 8) yang hasilnya buntu. Saya mendapat telepon dari kantor NasDem, diminta untuk ke kantor NasDem,” kata Anies dalam tayangan Mata Najwa, Senin (4/9) malam.
Dukutip dari CNN Indonesia, saat itu, ia mengaku bertemu dengan Ketum NasDem Surya Paloh. Menurutnya, saat itu Surya Paloh dihadapkan pada dua pilihan.
Pertama, berunding dengan PKS dan Demokrat, lalu bersepakat dengan PKB. Risikonya, PKB bisa saja diajak oleh koalisi lain.
Kedua, langsung membuat kesepakatan dengan PKB. Risikonya, PKS dan Demokrat bakal merasa dilangkahi karena tidak diajak bicara. Menurutnya, Surya Paloh memilih opsi ini.
“Ini sebuah ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi ambil kesepakatan dulu, terus kemudian jelaskan, memang ada risiko, risikonya ada perasaan seperti dilewatkan, ditinggalkan,” kata Anies.
Malam itu, Anies dan utusannya di Tim 8 lalu mengontak utusan PKS dan Demokrat untuk bertemu. Namun hingga dini hari, tidak ada jawaban.
“Lalu besok paginya Pak Sudirman bertemu dengan Pak Sohibul Iman dari PKS dan Pak Iftitah dari Demokrat, menyampaikan progres ini. Tujuannya untuk saya bertemu, mendiskusikan soal ini,” kata dia.
Menurut Anies, pihaknya lalu bertemu dengan perwakilan PKS. Ketika itu, PKS merespons positif ada partai baru di koalisi.
Namun, secara prosedural, PKS merasa tidak suka cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi dengan partai koalisi.
Di sisi lain, ia mengatakan saat itu tidak bisa bertemu dengan Demokrat.
“Rabu malam itu tidak dapat waktu, ya sudah kalau gitu kita cek besoknya, pagi tetap tidak ada kabar, akhirnya Kamis pagi saya putuskan ke Jombang, karena siang akan pulang. Ketika di sana, kami dapat kabar diterima jam 4 sore, tapi karena pesawat delay, digeser jam 6, kemudian pertemuan digeser lagi jam 7 dan akhirnya tidak jadi bertemu, dibatalkan pertemuannya,” katanya.
Saat ini Demokrat sudah mencabut dukungan dari Anies dan memilih keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Keputusan diambil usai Anies memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden.
Demokrat merasa dikhianati. Pasalnya, Anies dan NasDem sudah menandatangani piagam kesepakatan bersama dengan Demokrat, NasDem dan PKS. Tetapi Anies dan NasDem justru membuat kerja sama baru tanpa sepengetahuan Demokrat dan PKS.(*)