BIPOL.CO, JAKARTA – Akibat Perubahan iklim yang terjadi di Eropa berdampak pada pasokan buah-buahan dan sayuran di Negara Inggris.
Disinyalir situasi Inggris saat ini tak aman. Pasalnya pasokan buah dan sayuran segar terancam “malapetaka” baru bumi yakni kekeringan.
Inggris selama ini mengimpor bahan-bahan tersebut dari Mediterania. Namun, dalam data Energy and Unit Intelijen Iklim (ECIU) semua buah dan sayur ke depan akan menjadi lebih mahal dan lebih sulit diperoleh.
“Ini akibat panas ekstrim yang menyebabkan berkurangnya hasil panen,” tulis memuat hasil studi, dikutip Selasa (15/8/2023) via CNBC Indonesia.
Menanam langsung di Inggris pun tak bisa dilakukan. Banyak makanan yang diimpor dari Mediterania tidak dapat ditanam dengan model pertanian biasa di kerajaan itu.
Ini harus menggunakan proses yang lebih mahal dan energi intensif untuk membuatnya berkembang. Selain itu, banyak yang tidak dapat ditanam di Inggris dalam skala besar, seperti kembang kol, brokoli, dan stroberi.
“Ini juga mencakup hampir dua pertiga mentimun dan tomat serta hampir seperlima dari keseluruhan pasokan bawang,” tambahnya.
“Ini juga terkait lebih dari setengah lemon dan paprika Inggris berasal dari Mediterania dan dua pertiga jeruk serta 40% anggur meja. Minyak zaitun juga terancam, di mana Inggris mendapat 80% pasokannya dari wilayah tersebut,” muat media itu lagi.
Berdasarkan data 2022, lebih dari seperempat impor makanan Inggris atau 9,8 miliar kg (senilai lebih dari 16 miliar poundstreling) berasal dari wilayah Mediterania. Spanyol salah satunya dengan sumbangan 7% dari impor makanan Inggris atau senilai 4 miliar poundstreling.
“Selain krisis iklim, kita juga berada dalam krisis kesehatan masyarakat. Sebagian besar dari kita sudah tidak cukup makan buah dan sayuran, dan seringkali pola makan yang lebih sehat cenderung lebih mahal,” kata Kepala Program internasional Unit Intelijen Energi & Iklim, Gareth Redmond-King, dimuat The Guardian.
“Karena dampak perubahan iklim cenderung membuat makanan sehat yang seharusnya kita makan menjadi lebih mahal, bahkan menjadi lebih sulit diakses oleh masyarakat termiskin,” tambahnya.
“Malapetaka” di Eropa Lain
Sementara itu, kekeringan parah juga menghantam Prancis selatan. Temperatur yang tinggi dan curah hujan yang rendah telah mengakibatkan masalah pasokan air bersih di seluruh negara Eropa tersebut.
Euro News melaporkan bahwa pekan ini, lebih dari 300.000 penduduk komune mengalami gangguan pasokan air. Sekitar 67 komune sekarang menerima air dengan kapal tanker dan 18 dengan botol.
Selain Prancis, banyak negara di Eropa telah mengalami peningkatan suhu, termasuk Italia, Sisilia, Turki, dan Yunani. Akibatnya, kebakaran hutan bermunculan di banyak lokasi dalam beberapa bulan terakhir, dengan wabah yang sangat buruk terjadi di Corfu, Spanyol, dan Portugal.
Sebelumnya di awal Agustus, dilaporkan bagaimana kekeringan melanda Sungai Rhein, yang menjadi poin vital transportasi logistik. Sungai tersebut mengalami penyusutan dan pendangkalan.
Hal ini berdampak pada gangguan pengiriman barang. Sungai sepanjang 1.230 km itu adalah arteri komersial untuk 80% pengiriman barang ke pedalaman Jerman, termasuk minyak mentah dan gas alam.(*)