Israel dan Dua Negara Ini Kembangkan Robot Pembunuh Manusia

- Editor

Sabtu, 25 November 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Seorang pria Iran duduk di samping kain kafan simbolis jenazah anak-anak Gaza saat memberi isyarat di sebuah jalan di Teheran, Iran 13 November 2023. (via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

Foto: Seorang pria Iran duduk di samping kain kafan simbolis jenazah anak-anak Gaza saat memberi isyarat di sebuah jalan di Teheran, Iran 13 November 2023. (via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

BIPOL.CO, JAKARTA – Israel dan beberapa negara lain tengah mengembangkan senjata super canggih dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Menurut laporan The New York Times, senjata berupa drone otomatis pembunuh manusia itu sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

Drone berbasis AI mampu mendeteksi dan membidik target secara akurat. Selain Israel, drone AI ini juga dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dan China.

Kritikus mengatakan ‘robot pembunuh’ menandai pengembangan AI yang mengkhawatirkan. Hidup-mati manusia seakan diserahkan sepenuhnya ke mesin tanpa campur tangan manusia.

Beberapa negara telah melobi PBB untuk mengeluarkan kebijakan pelarangan AI dalam menciptakan drone pembunuh. Namun, AS merupakan salah satu negara yang menentang negosiasi tersebut.

Israel, Rusia, dan Australia juga sependapat dengan AS. Negara-negara ini ingin pengembangan teknologi untuk kepentingan militer tak dibatasi, menurut laporan The Times.

“Isu ini adalah poin paling signifikan untuk masa depan kemanusiaan,” kata Alexander Kmentt, ketua negosiator Austria, kepada The Times, dikutip Jumat (24/11/2023), dikutip Bipol.co, dari CNBC Indonesia.

Kmentt mengatakan senjata otomatisasi akan membuat perubahan yang fundamental. Penggunaannya bisa memicu masalah hukum dan etika.

Menurut laporan yang dipublikasikan awal tahun ini, Pentagon sedang menyiapkan ribuan drone yang ditenagai AI untuk kebutuhan militer, dikutip dari Business Insider.

Baca: Jenderal Israel Respons Gencatan Senjata 4 Hari, Warning Ini
Dalam pidato pada Agustus lalu, Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Kathleen Hicks mengatakan teknologi drone berbasis AI akan membuat negara yang dipimpin Joe Biden tersebut unggul dibandingkan kekuatan militer China.

“Kita akan melawan pasukan China dengan pasukan kita. Namun, pasukan kita lebih sulit diakali, sulit dijatuhkan, sulit dikalahkan,” kata dia, menurut laporan Reuters.

Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall mengatakan drone berbasis AI akan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan militer di bawah supervisi manusia.

Pada Oktober lalu, The New Scientist mengatakan drone yang dikontrol AI telah dikerahkan dalam perang Ukraina melawan invasi Rusia. Namun, tak jelas seberapa besar dampaknya kehancurannya.

Pentagon tak segera menanggapi permintaan konfirmasi.

Israel Tunda Gencatan Senjata
Kabar soal Israel dan AS mengembangkan robot pembunuh mencuat di tengah perang yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Dalam upaya menumpas kelompok Hamas, Israel menyerang Gaza dengan bombardir tanpa henti.

Upaya gencatan senjata digaungkan oleh negara-negara dunia. Beberapa saat lalu, Israel sudah sepakat melakukan gencatan senjata sementara pada Kamis (23/11) kemarin, tetapi ditunda.

Ketua Dewan Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi mengindikasikan pembebasan setidaknya 50 sandera Israel dan asing yang ditahan oleh Hamas sudah sesuai rencana. Namun baru akan terjadi paling cepat pada hari Jumat (24/11) hari ini.

Sebenarnya, belum jelas apa yang menyebabkan penundaan tersebut. Menurut Reuters, sumbernya di Mesir, mengatakan bahwa mediator telah meminta waktu mulai pukul 10 pagi. Namun hal itu ternyata tak bisa direalisasi.

Di sisi lain, media penyiaran publik Israel, Kan, mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya. Dilaporkan bahwa penundaan 24 jam terjadi karena perjanjian tersebut tidak ditandatangani oleh Hamas dan mediator Qatar.

Hal sama juga dikatakan Al-Jazeera. Hamas juga kabarnya belum memberi daftar para tawanan.

Diperkirakan ada 240 sandera yang ditahan Hamas. Melalui kesepakatan itu, Israel juga akan membebaskan sedikitnya 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk.

“Untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, akan ada satu hari “jeda” tambahan dalam pertempuran,” kata sebuah dokumen pemerintah Israel.(ads)

Berita Terkait

Kebijakan Trump Membuat Warga AS Kecewa, Tarif Impor Pengaruhi Negara Asia
Konjen Winanto Adi Halal Bihalal Bersama Komunitas Indonesia di New Hampshire, Sampaikan Sejumlah Isu
Pangeran Thailand Jadi Tukang Kebun di Bandung
Riwayat Gempa Dahsyat di Sesar Sagaing, Efek Vibrasi Hingga Mengguncang Bangkok
Dikecam PBB, Junta Militer Bombardir Sagaing Saat Myanmar Dilanda Gempa
Muncul dalam Satu Dekade Terakhir, Fenomena Meningkatnya Ateis di Negara-negara Arab
Gempa Dahsyat di Myanmar,  Korban Tewas Mencapai 1.600 orang
1.400 Demonstran Ditangkap, Ribuan Orang Lainnya Turun ke Jalan Turunkan Erdogan

Berita Terkait

Selasa, 8 April 2025 - 11:11 WIB

Kebijakan Trump Membuat Warga AS Kecewa, Tarif Impor Pengaruhi Negara Asia

Senin, 7 April 2025 - 17:20 WIB

Konjen Winanto Adi Halal Bihalal Bersama Komunitas Indonesia di New Hampshire, Sampaikan Sejumlah Isu

Minggu, 6 April 2025 - 14:56 WIB

Pangeran Thailand Jadi Tukang Kebun di Bandung

Selasa, 1 April 2025 - 15:20 WIB

Riwayat Gempa Dahsyat di Sesar Sagaing, Efek Vibrasi Hingga Mengguncang Bangkok

Selasa, 1 April 2025 - 10:05 WIB

Dikecam PBB, Junta Militer Bombardir Sagaing Saat Myanmar Dilanda Gempa

Berita Terbaru

NEWS

Wali Kota Bandung Lepas 2.455 Calon Jemaah Haji

Rabu, 9 Apr 2025 - 16:44 WIB