BIPOL.CO, JAKARTA – Gencatan senjata masih terjadi di Gaza, Palestina. Hamas dan Israel kembali memperpanjang jeda perang tersebut di detik-detik terakhir berakhirnya perpanjangan pertama gencatan senjata Kamis pagi waktu setempat.
Diketahui sejak Jumat pekan lalu, dengan mediasi Qatar dan Mesir, kedua belah pihak berhasil mencapai keputusan gencatan senjata sementara empat hari hingga Senin, dengan imbalan pertukaran sandera Israel di tangan Hamas dan tahanan Palestina di tangan Israel. Perpanjangan dua hari kemudian dilakukan Senin.
Perpanjangan Senin seharusnya berakhir Kamis pagi. Namun, kedua belah pihak kembali berhasil melakukan negosiasi hingga perpanjangan jeda perang ditambah satu hari, hingga Jumat (1/12/2023) pagi waktu setempat.
Lalu apa saja fakta terbaru Gaza saat ini? Akankah ada gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak di Gaza? Berikut rangkuman dilansir dari CNBC Indonesia.
1.Pembebasan Tawanan Hamas dan Tahanan Israel
Kementerian Luar Negeri Qatar mengklarifikasi pembebasan tawanan terbaru, mengutip Al-Jazeera. Juru bicara Majed Al Ansari mengkonfirmasi bahwa 30 tahanan Palestina akan dibebaskan Israel dengan imbalan 10 tawanan yang ditahan Hamas di Gaza.
Pembebasan baru ini termasuk tawanan asal Rusia. Dilaporkan Kremlin turun langsung menangani masalah ini agar pembebasan segera dilakukan.
2.Gencatan Senjata Diperpanjang?
Pembicaraan gencatan senjata terbaru masih terus dilakukan. Sebagaimana diketahui gencatan senjata terbaru akan berakhir Jumat pagi ini, waktu setempat.
Setidaknya mediator mengatakan mencoba menambah dua hari lagi. Namun belum diketahui bagaimana hasilnya ke depan.
Sebelumnya, Hamas sempat melaporkan bahwa Israel menolak usulan pembebasan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata. Israel tak mau menerima tujuh sandera wanita dan anak-anak serta tiga jenazah lainnya, yang menurut Hamas tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.
3.Ke Israel, Menlu AS Dukung Serang Gaza Lagi?
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaporkan mengunjungi Israel. Dalam pidato singkat dari Tel Aviv, ia menegaskan kembali dukungan Washington ke Israel.
Blinken menyebut fokus AS adalah ekerja sama dengan mitra kami untuk memperpanjang jeda perang. Sehingga dapat terus mengeluarkan lebih banyak sandera dari Gaza dan lebih banyak bantuan masuk.
Dalam pertemuan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan cembalo pihaknya akan melanjutkan serangan ke Gaza. Terutama jika Hamas telah Hamas berhenti melepaskan tawanan.
Blinken menyebut Israel “memiliki hak untuk melakukan apa pun untuk memastikan bahwa pembantaian yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober tidak akan terulang kembali”. I sempat berujar Hamas tidak dapat terus mengendalikan wilayah tersebut.
Namun, dikatakannya, sebelum negara itu melanjutkan serangannya di Gaza, mereka harus menerapkan apa yang disebutnya “rencana perlindungan sipil”. Tentukan wilayah di mana warga sipil “dapat aman”, dan hindari kerusakan pada infrastruktur seperti rumah sakit dan fasilitas air.
“Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara harus diizinkan untuk kembali jika kondisinya memungkinkan”, kata Blinken.
“Tidak boleh ada perpindahan internal yang berkepanjangan.”
4.Menhan Israel Siap untuk Perang
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pasukan Israel siap untuk melanjutkan pertempuran baru “segera”. Ia menegaskannya dalam postingan di media sosial.
“Kami melakukan segala upaya untuk memulangkan semua korban penculikan dan memanfaatkan sepenuhnya langkah yang dilakukan saat ini untuk memulangkan semua perempuan dan anak-anak yang diculik di Gaza,” katanya.
“Pasukan IDF di udara, di darat dan di laut siap untuk segera melanjutkan pertempuran,” tegasnya lagi menyebut tentara Israel.
5.Militer Hamas Siaga
Sayap bersenjata Hamas juga telah mengatakan kepada para pejuangnya di Jalur Gaza untuk siap melanjutkan pertempuran dengan Israel. Terutama jika gencatan senjata sementara yang akan berakhir tidak diperpanjang.
“Brigade Al-Qassam meminta pasukan aktifnya untuk mempertahankan kesiapan tempur yang tinggi pada jam-jam terakhir gencatan senjata,” kata kelompok militan tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Para pejuang harus tetap bersikap seperti itu kecuali ada pernyataan resmi yang mengonfirmasi perpanjangan gencatan senjata,” tambah pernyataan itu.
6.Milisi Houthi Ancam Serang Israel
Milisi Houthi mengatakan akan menyerang Israel. Juru bicara militernya, Yahya Saree, mengatakan kelompok Yaman itu akan melancarkan operasi melawan Israel jika negeri itu memutuskan melanjutkan perang di Gaza.
“Kami tidak akan ragu untuk memperluas operasi militer kami terhadap entitas Israel dan memasukkan target yang mungkin tidak diharapkan di darat atau di laut,” kata Saree dalam sebuah postingan di X.
Dia menambahkan bahwa kelompok tersebut juga akan terus menahan kapal kargo terkait Israel. Sebelumnya, satu kapal disita di Laut Merah awal bulan ini.
7.Desakan ke Pengadilan Kriminal International
Kelompok Hak Asasi Manusia Al Mezan meminta Pengadilan Kriminal International (ICC) untuk turun langsung ke Gaza. Kepala jaksa lembaga itu, Karim Khan diminta segera melihat langsung apa yang terjadi di sana.
Hal ini diteriakkan kelompok tersebut saat Khan melakukan kunjungan ke Israel. ICC mengklaim itu dilakukan atas permintaan “korban dan keluarga sandera”.
“Sangat penting bagi Jaksa untuk memperluas kunjungan ini hingga mencakup Gaza dan menangani para korban secara langsung,” kata Al Mezan.
8.China Rilis Sikap di Gaza
China merilis sikap terhadap konflik Gaza. Pemerintah merilis “kertas posisi” mengenai konflik Israel-Hamas itu.
China sebelumnya menjabat sebagai ketua dewan keamanan PBB. Penerbitan dokumen posisi tersebut bertepatan dengan pidato Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di dewan tersebut.
Berikut 5 Poin yang diusulkan:
1. Menerapkan gencatan senjata yang komprehensif dan mengakhiri pertempuran, bertindak berdasarkan resolusi PBB baru-baru ini untuk mewujudkan gencatan senjata yang “tahan lama dan berkelanjutan”. Dikatakan bahwa dewan keamanan harus mengajukan tuntutan eksplisit mengenai hal ini sesegera mungkin.
2. Perlindungan yang efektif terhadap warga sipil, dengan semua pihak menghentikan serangan kekerasan terhadap warga sipil dan pelanggaran hukum humaniter internasional. Resolusi tersebut juga mengusulkan agar dewan keamanan “mengirimkan pesan yang jelas untuk menentang pemindahan paksa penduduk sipil Palestina,mencegah perpindahan warga sipil Palestina, dan menyerukan pembebasan semua warga sipil dan sandera yang disanderasesegera mungkin”.
3. Menjamin bantuan kemanusiaan dengan semua pihak tidak merampas pasokan dan layanan bagi penduduk sipil di Gaza. Koridor kemanusiaan harus dibangun dan dipertahankan dengan aman dan tanpa hambatan, “untuk menghindari bencana kemanusiaan yang lebih parah lagi”.
4. Meningkatkan mediasi diplomatik, dengan dewan keamanan memanfaatkan perannya untuk memfasilitasi perdamaian dan mencegah konflik meluas di kawasan.
5. Melihat penyelesaian politik, jawabannya terletak pada “implementasi solusi dua negara, pemulihan hak-hak nasional Palestina yang sah, dan pembentukan Negara Palestina merdeka yang mempunyai kedaulatan penuh berdasarkan perbatasan tahun 1967. dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya”.
9.Arab Saudi Kecam Israel
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan bersuara soal Gaza. Ia memberi pesan ke agar gencatan senjata di Gaza berkelanjutan.
Pangeran Faisal mengkritik Israel karena menggunakan dalih membela diri yang tidak berdasar dalam menghadapi tragedi kemanusiaan sehari-hari di Gaza. Dia memperingatkan agar tidak membiarkan eskalasi militer dilanjutkan segera setelah gencatan senjata, dan menekankan potensi aib bagi PBB dan Dewan Keamanan.
Ia menolak anggapan bahwa air, makanan, dan obat-obatan saja akan menyelesaikan krisis ini. Mengutip Saudi Gazette, ia menekankan peran penting gencatan senjata dan komitmen Israel terhadap upaya perdamaian.
10. Elon Musk Tolak Undangan Hamas ke Gaza
Elon Musk akhirnya menjawab undangan Hamas untuk mengunjungi Gaza secara langsung guna melihat dampak serangan Israel. Namun sayang, miliarder tersebut menolak hal itu.
“(Tampaknya), agar berbahaya saat ini,” katanya dalam sebuah komentar yang diunggah di media sosial X miliknya, dikutip dari Russia Today.
“Tetapi saya yakin bahwa kesejahteraan Gaza dalam jangka panjang adalah hal yang baik bagi semua pihak,” tambahnya.
Sebelumnya, Selasa, anggota politbiro Hamas Osama Hamdan mengatakan dengan senang hati mengundang Musk ke Gaza. Ini terjadi setelah Musk mengunjungi kibbutz Israel, Senin, untuk melihat dampak serangan Hamas 7 Oktober lalu.
Ia mengatakan Musk bisa mengetahui benar, bagaimana pembantaian dilakukan terhadap rakyat Gaza di sana. Ia berharap Musk bisa memiliki standar yang objektif dan kredibel setelahnya.
“Kami mengundang beliau mengunjungi Gaza untuk melihat sejauh mana pembantaian dan penghancuran yang dilakukan terhadap rakyat Gaza, sesuai dengan standar objektivitas dan kredibilitas,” ujar Hamdan dikutip Al Jazeera.
11.Putin Beri Pesan ke Hamas
Pemerintah Presiden Vladimir Rusia berterima kasih kepada Hamas karena telah membebaskan dua tawanan wanita Rusia dari Gaza. Dilaporkan keluarga Sandra sempat meminta bantuan Kremlin langsung untuk menyelesaikan pembebasan ini.
“Kami berterima kasih kepada kepemimpinan gerakan Hamas atas tanggapan positif terhadap seruan kami yang terus-menerus,” kata Kementerian Luar Negeri Moskow.
“Kami akan terus berupaya untuk segera membebaskan sisa warga Rusia yang ditahan di Jalur Gaza,” tambahnya.
Berbeda dengan banyak negara Barat, Rusia tidak mengakui Hamas sebagai organisasi “teroris”. Putin telah berulang kali menyerukan pembentukan negara Palestina.
Sebelumnya, Hamas mengatakan pembebasan ini merupakan tanda ‘terima kasih’ kepada Putin atas sikap yang diambilnya dalam konflik di Gaza. Ia dianggap konsisten dengen pernyataannya soal kemerdekaan Palestina.
“Kami belum membebaskan satu pun warga Israel yang berada di Gaza, kecuali Ron Krivoy dari Rusia, yang kami bebaskan sebagai tanda terima kasih gerakan tersebut terhadap posisi Presiden Rusia Putin. Hari ini, beberapa warga Rusia lainnya akan dibebaskan di luar kerangka perjanjian gencatan senjata,” ujar Hamas.(*)