BIPOL.CO, JAKARTA – Tetangga RI di ASEAN, Myanmar memanas. Dilaporkan bagaimana tujuh drone menyerang ibu kota, Naypyidaw, Kamis (4/4/2024).
Empat drone dilaporkan mendekati Bandara Naypyidaw dan tiga drone mendekati kota kota Zayarthiri. Namun junta militer menegaskan semua drone berhasil ditembak sebelum meledak.
“Dinas keamanan Myanmar menembak jatuh tujuh drone di ibu kota militer Naypyidaw pada hari Kamis,” kata junta dikutip AFP.
“Drone berhasil ditembak jatuh dan dihancurkan … Tidak ada kerusakan atau korban jiwa,” tambahnya.
Bandara Naypyidaw sendiri dilaporkan ditutup sementara setelah kejadian tersebut sekitar pukul 10 pagi waktu setempat. Sumber di bandara mengatakan hal tersebut meski enggan menyebut nama.
Sumber tersebut menambahkan bahwa salah satu drone yang ditembak jatuh membawa bom. Tapi alat peledak itu telah berhasil dijinakkan.
Sementara itu, media lokal melaporkan bahwa “Pasukan Pertahanan Rakyat” yang menentang junta merupakan pihak yang meluncurkan drone. Myanmar sendiri telah mengalami perang saudara sejak junta melengserkan Aung San Suu Kyi 1 Februari 2021 lewat kudeta.
Masih Memanas
Perang saudara dilaporkan masih memanas di negara tetangga RI, Myanmar. Terbaru perang senjata pecah di perbatasan Myanmar dan Thailand sejak akhir pekan, yang membuat Bangkok siaga.
Di sisi lain, pemberitaan juga muncul dari media lokal setempat, Irrawaddy. Di mana dilaporkan bagaimana petinggi junta militer “hilang” tak muncul dalam perayaan penting negara itu akhir pekan lalu.
Dilaporkan bagaimana bos tertinggi junta, Jenderal Min Aung Hlaing, tak terlihat merayakan Festival Thingyan di paviliun militer di Pyin Oo Lwin di Mandalay, yang menjadi pusat akademi militer. Ini terjadi setelah pasukan perlawanan anti-junta menyerang kota itu dengan roket.
Irrawaddy menyebut hanya istrinya, Kyu Kyu Hla yang muncul, mewakili dirinya. “Beberapa alasan mengatakan kakinya sakit,” muat media Myanmar itu dikutip Rabu (24/3/2024).
Bukan hanya Jenderal Min Aung Hlaing, Wakil Kepala Junta Myanmar Soe Win juga tak terlihat di depan umum selama lebih dari dua minggu. Rumor mengatakan ia terluka parah dalam serangan pesawat tak berawak (drone) pasukan perlawanan anti-junta pada 9 April.
Pasukan perlawanan anti-junta sempa mengklaim Soe Win berada di markas Komando Tenggara di Mawlamyine ketika mereka melakukan serangan pesawat tak berawak pada tanggal 8 dan 9 April. Namun kunjungan Soe Win tidak diumumkan di media pemerintah.
“Yang jelas, istri Soe Win, Than Than, (juga) tidak hadir dalam perayaan di Naypyitaw, sehingga memicu spekulasi bahwa ia sedang sibuk menyusui suaminya,” muat media tersebut lagi.
“Soe Win belum terlihat di depan umum sejak ia mengunjungi kota garnisun Ba Htoo di negara bagian Shan selatan pada tanggal 3 April,” tambahnya.
Mengutip media People’s Spring, juru bicara pasukan Unit Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar Pasukan Teknis- milisi anti-junta- Shar Htoo Waw juga menegaskan keyakinannya akan terlukanya parahnya Soe Win. Sebuah balok, katanya, telah menimpa Soe Win saat penyerangan.
“Seorang komandan taktis, wakil direktur artileri, dan seorang kolonel dari Komando Tenggara (juga) tewas seketika dalam serangan pesawat tak berawak tanggal 9 April, “tambahnya lagi.
Meski begitu dalam wawancara dengan BBC, juru bicara junta Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengatakan bahwa Soe Win menjalankan tugasnya seperti biasa. Ia juga mengatakan kepada Voice of America (VOA) bahwa Soe Win menerima perawatan untuk cedera yang dideritanya akibat serangan pesawat tak berawak adalah salah.
Di sisi lain, Irrawaddy juga menulis bagaimana rumor lain mengatakan bahwa Soe Win sengaja dibersihkan Min Aung Hlaing. Ini karena serangkaian kekalahan militer Myanmar selama lima bulan terakhir yang memuat popularitas Min Aung Hlaing memudar.
“Para pendukung militer menyatakan dukungan mereka terhadap Soe Win untuk mengambil alih militer,” kata sumber di militer Myanmar.
Isu pembersihan ini juga didukung fakta ditangkapnya mantan Letnan Jenderal Myint Hlaing di rumahnya karena dugaan korupsi sesaat sebelum Festival Thingyan. Myint Hlaing dikenal sebagai seorang garis keras dan terkenal karena menyuruh para petani untuk tidak makan satu kali sehari demi menghemat uang guna membayar kembali pinjaman pertanian mereka kepada pemerintah.
“Ada spekulasi bahwa dua jenderal lainnya ditangkap bersama Myint Hlaing karena diduga berencana menggulingkan Min Aung Hlaing,” tambah media Myamar itu meski menyatakan verifikasi tidak dapat dilakukan.(*)