BIPOL.CO, LOS ANGELES – Kebakaran Los Angeles yang dimulai sejak Selasa lalu telah membuat pihak berwenang federal Amerika Serikat (AS) dan negara bagian California tak berdaya untuk mengatasinya dengan cepat.
Alih-alih cepat dipadamkan, kebakaran justru meluas dan menimbulkan kerugian sangat besar.
Data hingga hari ini, 11 orang tewas dan sekitar 10.000 bangunan hancur. Kebakaran telah menyebar hingga 150 kilometer persegi. Pertanyaan kritis muncul mengapa kota terbesar di California, negara bagian yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membentengi diri terhadap kebakaran hutan, tidak dapat menghentikan kebakaran kali ini.
Peraturan negara bagian mengharuskan penduduk di lingkungan berisiko tinggi untuk membuat penyangga bebas vegetasi di sekitar rumah mereka. California juga telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mengurangi jumlah bahan bakar kayu untuk membakar api.
Wilayah tersebut kerap membanggakan pasukan pemadam kebakarannya sebagai yang terbesar di AS. Namun dalam beberapa hari, komunitas yang telah berusia puluhan tahun dan tempat-tempat yang dicintai telah hilang, dan penduduk bertanya-tanya mengapa. Para pakar mengatakan beberapa faktor utama—termasuk perluasan kota, penolakan untuk membersihkan vegetasi di sekitar rumah, dan sistem air yang tidak dirancang untuk memerangi beberapa kebakaran besar sekaligus—membuat Los Angeles rentan terhadap bencana. Karena perubahan iklim memicu rekor panas, membuat lereng bukit siap untuk kebakaran hutan yang dengan cepat berkembang menjadi kebakaran besar, faktor-faktor ini menyebabkan bencana.
“Ada banyak hal yang bisa dan seharusnya dilakukan,” kata Timothy Ingalsbee, direktur eksekutif Firefighters United for Safety, Ethics and Ecology yang berbasis di Oregon.
“Puluhan tahun sebelum kita tahu tentang perubahan iklim, kita tahu perluasan kota seperti ini merupakan risiko besar,” ujarnya, seperti dikutip The Washington Post, Minggu (12/1/2025).
Denise Rappmund, seorang analis senior di Moody’s Ratings, memperingatkan bahwa kebakaran akan memiliki dampak negatif yang meluas bagi pasar asuransi negara bagian yang lebih luas. Dia menambahkan bahwa peningkatan biaya pemulihan kemungkinan akan menaikkan premi dan dapat mengurangi ketersediaan asuransi properti.
Jumlah Uang AS untuk Penghancuran Gaza
Sebagai perbandingan, Amerika Serikat telah menghamburkan USD17,9 miliar dalam bentuk bantuan militer ke Israel sejak perang brutal di Gaza dimulai 7 Oktober 2023. Angka tersebut bersumber dari laporan untuk proyek Biaya Perang Universitas Brown, yang dirilis tepat setahun perang Gaza.
Sebanyak USD4,86 miliar tambahan telah digunakan untuk meningkatkan operasi militer AS di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya sejak 7 Oktober 2023, kata para peneliti dalam temuan yang pertama kali diberikan kepada The Associated Press. Itu termasuk biaya kampanye yang dipimpin Angkatan Laut AS untuk meredakan serangan terhadap kapal-kapal pengiriman komersial oleh Houthi Yaman, yang melakukannya sebagai bentuk solidaritas dengan kelompok Hamas.
Laporan tersebut—yang diselesaikan sebelum Israel membuka front kedua, yang kali ini melawan militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, pada akhir September 2024— merupakan salah satu penghitungan pertama estimasi biaya AS saat pemerintahan Joe Biden mendukung Israel dalam konfliknya di Gaza dan Lebanon dan berupaya untuk menahan permusuhan oleh kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran di wilayah tersebut.
Perang Gaza tak hanya menyebabkan kerugian finansial, tapi juga nyawa manusia. Hamas dilaporkan menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel pada 7 Okober 2023 dan menyandera ratusan lainnya. Sedangkan serangan brutal Israel telah menewaskan lebih dari 42.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.(*)