Oleh GUMILAR SATRIAWAN
PAGI itu sepulang pekerjaan di Kota Malang, hendak langsung pulang ke Bandung. Namun WA saya sejak malam yang ingin mengunjungi Beliau, dibalas hari subuhnya dengan mengirimkan alamat lengkap dan share location kediaman Beliau. Dengan bersemangat, pagi hari sekitar waktu pecat sawed (pukul 9-10-an), kami berkunjung ke seorang Sejarawan Hebat, Ahli Sejarah Kerajaan Nusantara yang menguasai Bahasa Sansekerta dan bahasa asing lainnya selain Bahasa Arab, yang sekaligus juga Beliau Ketua Lembaga Seni dan Budaya Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU ).
Tidak terlalu susah menemui Beliau, yang pertama menemui kami istrinya atau mungkin anaknya yang mempersilakan kami duduk di ruangan tamu utama. Depan rumahnya dikelilingi bangunan PAUD Al Quran untuk anak-anak yang hari itu cukup ramai, karena awal mulai masuk kembali setelah PSBB diakhiri.
Sangat menaruh hormat dan kesan baik kami pada Beliau. Penampilannya sederhana dan menampakkan wajah yang teduh dan tenang. Sejak 2003, penulis juga sering membaca buku-bukunya, di antaranya “Suluk Syekh Abdul Jalil al Jawi” buku 1, buku 2, dan terbaru “Atlas Walisongo”.
Perbincangan diawali dengan memperkenalkan diri saya, yang dari Bandung. Kebetulan juga saya bergabung dalam satu grup diskusi dengan Beliau. Diskusi diawali dengan meminta pendapatnya tentang situasi negara yang akhir-akhir ini, entah sengaja atau tidak atau mungkin kebetulan, ada sebagian komunitas baik kelompok atau perseorangan banyak bercerita sejarah dan kehidupan masa lalu di era Kerajaan Nusantara, yang selama ini cerita legenda tersebut kita temui sejak SD sampai perguruan tinggi.
Dalam intonasi dan raut wajah mereka memberikan kesan harapan-harapan yang meyakinkan bahwa kehidupan era Kerajaan di Nusantara itu begitu adil makmur, tata tengtrem kerta raharja. Pemerintahnya peduli terhadap keadaan rakyatnya dan rakyatnya taat dan loyal kepada pada pemimpinnya. Kebijakan pemerintahan berbasis kepentingan atas kebutuhan rakyat, bukan kebutuhan kerajaan apalagi kepentingan kerajaan luar.
Beliau lalu menceritakan tentang 7 layer rakyat di masa Kerajaan Nusantara dulu, yaitu pengastaan dimulai dari kasta brahmana, kasta ksatria, kasta weisya, kasta sudra, kasta kalilan, dan dua lagi kasta di bawahnya.
Diawali menjelaskan kasta Brahmana, bahwa kasta Brahmana ini adalah tingkat warga yang memiliki pengetahuan keagamaan dan hidupnya tidak mencari duniawi, melainkan untuk kepentingan akhirat. Biasanya kasta inilah yang sering penjadi pemimpin dan penasehat para raja. Bahkan para raja sering menunjuk para Brahmana ini untuk mendampingi para petinggi kerajaan untuk melaksanakan tugas negara.
Lalu menjelaskan kasta Ksatria. Kasta inilah yang menjadi para pejabat/petinggi negara di kerajaan. Para kasta Ksatria tidak disibukkan dengan yang lain. Tugasnya hanya melaksanakan tugas negara dan segala kebutuhan dia dan keluarganya dicukupi oleh negara.
Selanjutnya kasta Weisya. Layer kasta ini adalah para petani, nelayan, pedagang, dan para saudagar-sadagar kaya raya di wilayah kerajaan. Mereka harus tunduk kepada peraturan negara dan tidak berhak mencampuri apalagi menjadi pejabat negara. Beliau menjelaskan ini agak panjang, mencontohkan akibat Indonesia kelamaan dijajah Belanda dan masuknya freemason, maka banyak sejarah yang direkayasa oleh mereka, begitu pun hukum dan aturan Negara. Terlebih sekarang di era demokrasi, siapa saja bisa menjadi pemimpin yang akibatnya kebijakan mereka banyak menguntungkan golongannya, karena konflik kepentingan bukan hanya di dunia, di Indonesia juga begitu.
Beliau juga menjelaskan sekilas tentang perkembangan global dunia, yaitu hubungan Amerika Serikat dan China yang terus memanas. Analisis Beliau dalam perspektif sejarah-budaya, tidak akan terjadi perang fisik senjata antara Amerika Serikat dan China, mengingat kelompok Yahudi Askenazi sudah puluhan tahun mengikat hubungan erat dengan China, mulai dari kebudayaan dan investasi bidang teknologi industri. Alhasil, adalah Donald Trump akan tersingkir dari hasil Pilpres Amerika Serikat 2020 ini, jika masih ngotot memusuhi China.
Itulah sekilas ringkasan pertemuan kami dan Pak Kyai Agus Sunyoto, yang diakhiri dengan penyerahan HQN1 Probiotik Herbal Hormon dan antivirus produk hasil development warga NU dan Indonesia, yang sudah menyembuhkan beberapa orang berpenyakit berat, yaitu pengidap anemia aplastic, HIV, kanker otak, dan penyakit degeneratif lainnya. Terbaru beberapa orang pasien positif warga Depok berhasil disembuhkan. Saya katakan, semoga produk ini memberikan sumbangsih bagi warga NU khususnya, umumnya untuk penduduk dunia.
Demikian penulis sampaikan, tulisan ini dibuat selama perjalanan darat Kediri-Bandung setelah terputus karena ketiduran.
Harapan kami, para ulama tetap pada maqom-nya dengan terus menggali llmu Allah dengan taffaqohu fiddin memperkecil hubungan langsung dalam wilayah politik praktis, fokus terhadap ilmu dan amal umat yang menjadi benteng agama dan negara ini. Terimakasih.
Wallohu muwafiq illa aqwamittariq,
Wabillahitaufiq Walhidayah, Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh.*