Pengaruh Probiotik Alami Terhadap Sistem Imun Tubuh

- Editor

Rabu, 17 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh GUMILAR SATRIAWAN*)

PROBIOTIK didefinisikan pada tahun 2001 oleh lembaga kesehatan dunia (WHO) sebagai mikroorganisme hidup yang diberikan dalam jumlah yang memadai untuk memberikan kesehatan bagi inang (pemakai). Namun Ketua SIAC (Natural Health Products Special Interest Area Community) di  Maryland, Amerika Serikat, DR. Carmen Tamayo, MD., mengatakan terminologi probiotik di pasar dunia adalah mikroorganisme hidup yang diberikan dalam jumlah yang memadai untuk memberikan kesehatan bagi  inang (pemakai), mencegah, menyembuhkan, mengurangi dan/atau mengobati penyakit. “The current market refers to them as microorganisms which when consumed in adequate amounts, confer a health effect on the host, preventing, cure, mitigating, or treating a disease” (Clinical Research on Probiotics: The Interface between Science and Regulation, Carmen Tamayo, 2008).

Hal tersebut mendapat dukungan dari National Institutes of Health, National Center for Complementary and Alternative Medicine (1R13AT003805-01 to Patricia L. Hibberd), yaitu lembaga Institut Kesehatan Nasional, pusat nasional obat alternatif komplementer Amerika Serikat.

Dalam pengeritan yang mudah dicerna, probiotik adalah sejumlah bakteri mikroorganisme baik yang bermanfaat bagi tubuh manusia untuk memenuhi keseimbangan bakteri yang hilang akibat lingkungan, pola makan yang salah, pemakaian obat kimia, dan antibiotik yang berlebihan. Pemakaian obat-obatan kimia (farmasi medis) yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dalam pengobatan penyakit tertentu, akan menyebabkan dysbiosis, yaitu ketidakseimbangan bakteri yang ada di dalam tubuh. Selanjutnya, kondisi disbiosis ini menyebabkan penyakit baru, yaitu gangguan pada organ ginjal, alergi, obesitas, kanker, mudah stres, dan penyakit bahaya lainnya.

Di pemasaran dunia pengobatan alternatif, probiotik dikemas dalam berbagai bentuk dan fungsi. Untuk kemasan dan bentuk, bisa beruba cairan, powder, atau kapsul yang memuat strain bakteri dalam satuan CFU (colony forming unit). Bakteri-bakteri tersebut tidak dibatasi pada strain bakteri  Lactobacillus rhamnosus GG, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus casei, Lactobacillus paracasei, Bacillus coagulans, Bacillus clausii, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis, Saccharomyces boulardii and Saccharomyces cerevisiae strain (Nissle, 1917), melainkan dimungkinkan terdapat strain bakteri lain yang membuat dampak positif pada penyembuhan penyakit dan kesehatan pada manusia.

Di Amerika Serikat sendiri, penggunaan probiotik tidak memerlukan persetujuan FDA (Food and drug Administration), kecuali untuk masuk industri dan pemasaran yang luas. Awalnya, probiotik menjadi suplemen makanan. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kini probiotik menjadi media terapi pengobatan biologi (therapeutic medicine), yang telah diteliti oleh para ahli Amerika dan Eropa.

Banyaknya ahli meneliti probiotik, sehingga menjadi pengobatan alternatif komplementer sudah banyak dilakukan orang Amerika. Bahkan 18 tahun lalu, Pusat Nasional Pengobatan alternatif dan komplementer Amerika serikat melakukan survey bahwa anak usia di bawah 18 tahun telah menggunakan “probiotik sebagai obat alternatif”,  dengan pembelanjaan probiotik pertahun mencapai angka yang fantastis sebesar Rp400 triliun (USD $30 billion) dan meningkat pada 2018 menjadi Rp690 triliun (USD $46 billion).

Menurut ahli farmasi Universitas Atlantic Palm Beach di Florida, Erwin Dorval, PharmD, peningkatan penggunakan probiotik baik sebagai suplemen makanan dan minuman maupun sebagai penyembuhan alternatif penyakit itu disebabkan tingginya resistansi publik di Amerika terhadap antibiotik

Pertahanan Tubuh Manusia

Dengan kondisi derasnya informasi tentang bahaya covid-19 saat ini, baik di Indonesia, regional, dan internasional, hampir seluruh media mainstream memberikan informasi yang sama, yaitu bahaya covid-19 yang bisa mematikan manusia. Bahkan kabar terakhir, seekor hewan –harimau– di India, terpapar covid-19.

Setiap orang akhirnya berpikir, bagaimana menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh dari bahaya virus tersebut; mulai dari mengonsumsi Vitamin-C, bahan herbal empon-empon yang digaungkan oleh Guru Besar Universitas Airlangga, Prof. Chaerul Anwar Nidom, dan berbagai temuan obat covid-19, seperti temuan Prof. Suhardi dari Malang.

Manusia diciptakan Tuhan dengan kemampuan secara inheren, yaitu dilengkapi pasukan bakteri dan virus yang mampu menangkal pathogen yang masuk dari berbagai jalur melalui makanan, udara, mata, telinga, dan pori-pori kulit tubuh. Setiap harinya dalam melakukan aktivitas kita akan menemui dan menghirup miliaran virus dan bakteri yang masuk tubuh kita melalui berbagai jalur organ mata, telinga, hidung mulut, dan tangan atau bahkan pori-pori dan saluran pembuangan kita. Semua pathogen virus dan bakteri berbahaya tersebut bisa dilumpuhkan oleh bakteri yang membentuk sistem imun pada organ sel kita, di antaranya sel darah putih atau dikenal dengan nama Lekosit (Leukocyte), yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu granulosit, lymposit, dan monosit.

Sekitar 110 triliun bakteri yang berada di dalam tubuh manusia, yang sekitar 40% berada di dalam usus dan sisanya di lapisan kulit, lapisan lender (mocus), dan seluruh organ tubuh lainnya termask otak, jantung, liver, ginjal dan pankreas. Bakteri tersebut dalam usus berfungsi untuk memecah makanan, sehingga terurai dan menyalurkan seluruh nutrisinya oleh aliran darah ke seluruh organ tubuh. Bakteri yang ada di lapisan selaput lendir (mocus) untuk mencegah bakteri  dan virus jahat yang masuk ke tubuh manusia. Bakteri dalam organ payudara yang membentuk dan menghimpun berbagai zat makanan, sehingga tumbuh air susu ibu dan banyak. Begitu pula bakteri pada sel darah putih yang membentuk pertahanan tubuh dari berbagai pathogen yang masuk.

Namun seiring dengan bertambahnya usia, apalagi orang yang mengalami penyakit kronis, tentu imun tubuh tersebut memiliki pengurangan daya tangkal terhadap pathogen (Pawelec, 2018). Kondisi menurunya imun tubuh, juga dipengaruhi oleh kondisi pikiran yang stres (Locke et al., 1984) (Nishihira et al., 2018) dan obesitas (Smith et al., 2009). Sistem kekebalannya yang terpenting adalah di dalam saluran pencernaan, paru-paru dan mulut/tenggorokan. Zat yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh membantu kita bertahan melawan atau merespons patogen  virus dan bakteri.

Dalam kehidupan sehari-hari yang sering tidak disadari, adalah ketika mengalami influenza (flu). Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dinamakan rhino virus, yang dalam kondisi tertentu influenza ini dapat menyebabkan URTI (upper respiratory tract infection) (Nishihira et al., 2018). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan pada “eksistensi mikrobiota usus” dapat mencegah dan mengurangi komplikasi dan intensitas URTI tersebut dengan tingkat keparahan dan durasi gejala (Gao et al., 2020, Vouloumanou et al., 2009).

Sistem Imun dan Probiotik

Sejumlah konsensus dari para ahli kesehatan dunia, menyatakan  mengonsumsi probiotik akan mendukung kekebalan tubuh, menyesuaikan keseimbangan mikrobiota dengan berinteraksi dengan  sistem kekebalan sel tubuh manusia (Corthésy et al., 2007; Ouwehand, 2007). Efek dari konsumi probiotik tersebut, meliputi meningkatnya aktivitas dan jumlah sel imun tubuh seperti leukosit, neutrophils, dan sel pembunuh alami lainnya (Guillemard et al., 2010).  Azad et al. (2018) telah mengatakan bahwa probiotik memiliki kemampuan potensial dalam meningkatkan imun respon, begitu pula Nishihira et al. (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Among various potential candidates, the use of probiotics is one possible way to prevent influenza virus infection.” Hal ini menunjukkan bahwa asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) dan senyawa lain pada probiotik menstimulasi senyawa lain untuk memberikan efek imun respon yang baik (Frei et al., 2015).

Dari temuan dan penelitian para ahli, jelas bahwa mengonsumsi probiotik akan dapat menurunkan pengaruh infeksi berbagai penyakit ringan dan berat, peradangan  termasuk infeksi pernafasan akut.  Kemampuan probiotik yang memiliki kandungan bakteri asam laktat (lactic acid bacteria) strain lactobacillus dan bifidobacterium membantu kekebatan tubuh dengan merangsang dan memicu tumbuhnya bakteri lain yang bermanfaat bagi tubuh manusia pada strain bakteri tertentu yang mendukung sistem imun tubuh (Rask et al., 2013; Van Puyenbroeck et al., 2012). Beberapa uji klinis dalam kapasitas besar juga telah dilakukan di Amerika Serikat untuk menguji kemampuan probiotik dalam menangkal Rhyno virus (virus flu) dan menurunkan/menyembuhkan infeksi saluran pernafasan.

Demikian pula produk probiotik pada susu fermentasi yang memiliki strain bakteri Lactobacillus Casei telah terbukti memodulasi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan respon anti body terhadap vaksinasi influenza dengan meningkatkan laju seroproteksi dan serokonversi. Di studi lain, pemakaian produk susu fermentasi yang terdiri atas bakteri Lactobacillun casei dapat mencegah risiko infeksi secara menyeluruh, termasuk penyakit saluran pernafasan dan saluran pencernaan (Guillemard et al., 2010b). Strain bakteri lain yang bermanfaat terdapat pada probiotik lainnya, seperti Lactobacillus prantarum, Lactobacillus gasseri, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus lactis, Lactobacillus acodaphilus yang berfungsi untuk mengurangi peradangan, infeksi, dan gangguan pada saluran pernafasan selain merangsang pertumbuhan bakteri dan virus untuk memberkuat kekebalan tubuh.

*) Pemerhati Kesehatan Publik,

Bandung, Juni 2020

Berita Terkait

Pajak untuk Hadiah Pribadi dari Luar Negeri, Apakah Ini Adil?
ASN, Haruskah Kita Percaya Lagi?
Sosok Pemimpin KBB ke Depan, Bagaimana Parpol?
Refleksi, Memasuki Abad ke-4 Kabupaten Bandung Mestilah Jujur
Tiga Tahun Menjadi Bupati: Sebuah Refleksi Diri
Dari SITUNG ke SIREKAP, Rekapitulasi Pemilu Berujung Penjara?!
Menakar Kinerja Pj Bupati Bandung Barat
Dari Jalan Hingga Pemakaman, 40 Wajah-wajah Baru Anggota DPRD Kabupaten Bandung

Berita Terkait

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 23:39 WIB

Pajak untuk Hadiah Pribadi dari Luar Negeri, Apakah Ini Adil?

Sabtu, 27 Juli 2024 - 15:13 WIB

ASN, Haruskah Kita Percaya Lagi?

Jumat, 28 Juni 2024 - 12:53 WIB

Sosok Pemimpin KBB ke Depan, Bagaimana Parpol?

Rabu, 1 Mei 2024 - 10:40 WIB

Refleksi, Memasuki Abad ke-4 Kabupaten Bandung Mestilah Jujur

Jumat, 26 April 2024 - 22:39 WIB

Tiga Tahun Menjadi Bupati: Sebuah Refleksi Diri

Berita Terbaru